Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Pers Islam di Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

H.M. Baharudin menjelaskan bahwa pers islam bersifat universal atau umum. Terdiri atas nilai-nilai keislaman. Pers islam itu secara makro adalah universal, yang dijustifikasi oleh kaidah-kaidah ajaran agamanya. Dalam penulisannya, bisa dipastikan harus memuat nilai-nilai agama serta tidak boleh bertentangan dengan ajaran islam.

Berbicara masalah kebenaran, baik pers umum maupun islam sama-sama menjunjung nilai kebenaran. Tetapi, dalam konteks ruang lingkup kebenarannya, pers islam sangatlah berbeda dengan kebenaran filsafat, sains atau semacamnya. Kebenaran dalam pers islam ialah mutlak dari Allah SWT. Kebenaran yang telah diterima dan diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya itulah yang menjadi sumber dan pedoman yang harus tertanam dalam pers islam.

Menurut sejarahnya, islam sesungguhnya telah mengenal dunia berita. Nabi sendiri sebagai pembawa berita atau wahyu Allah kepada umatnya guna melakukan dakwah merupakan salah satu contoh bentuk pers islam masa lampau. Yang kemudian dituliskan oleh para sahabat Nabi menjadi tulisan atau karya yang menjadi panutan dan contoh bagi umat Islam khususnya. Bedanya, pers umat islam dengan pers umum, pers islam harus masuk dalam kategori berita yang disampaikan harus benar, pembawa berita dapat dipercaya, bisa menyampaikan dengan apa adanya dan harus didasarakan dengan kecerdasan. Sedang pers umum masa kini, banyak dinodai dengan masuknya nilai-nilai subjektifitas terlebih pengaruh politik media yang sangat bertentangan dengan islam. Akibatnya pers umum tidak secara “utuh” memberikan pemberitaan yang benar dan fakta, tetapi ada embel-embel unsur pemikiran dan ideologis perusahaan maupun wartawan.

Dalam islam dikenal dakwah bil qalam, dakwah  memiliki ruang lingkup luas dalam masyarakat dan mudah dipahami. Intinya ialah, pers islam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dengan memasukkan nilai islam hingga menjadi sebuah informasi yang baik dan kemudian disalurkan melalui media, yakni pers sebagai alat untuk menyampaikan pesan dakwah. Mengajak kepada orang lain untuk berbuat baik melalui media agar mereka (umat muslim) bisa mengikuti apa yang telah disampaikan oleh media islam.

Pers islam mengalami gejolak dalam perkembangannya hingga menuai kontroversi. Secara bahasa, apakah memang harus dikatakan itu pers islam ataukah pers muslim karena pers ini sama-sama berkaitan dengan agama dan khalayak kepada umat islam. Terlebih ada yang menyebutkan seperti yang dilansir dalam Suara Hidayatullah, salah satu produk pers islam pada Februari 2008 silam, adanya perbedaan antara pers dan islam dalam hal pengertian serta esensinya. Disebutkan bahwa pers memberikan informasi yang benar kepada masyarakat sedang untuk agama lebih ke aturan-aturan untuk mengatur umat manusia agar lebih baik lagi. Selain itu esensi pers ialah verifikasi sedangkan lebih kepada iman.

1.Karaktersiktik Pers Islam

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pers islam antara lain:

a.Pers islam harus memuat amar makruf nahi munkar

b.Informasi harus sesuai dengan ajaran islam dan tidak boleh bertentangan dengan ajaran Allah SWT

c.Tujuan mengajak kepada pembaca atau khalayak untuk tetap berada dalam lingkup keislaman

d.Isi berita dilakukan sesuai fakta dan jujur terlebih islam mengajarkan untuk berbuat jujur dan menyampaikan apa adanya(independent)

2.Perkembangan Pers Islam di Indonesia

Sebuah media atau perusahaan tidak lepas dari kepemilikannya. Entah siapa yang memegang peranan penting perusahaan, akan menampilkan ideologi dan gaya penulisan yang berbeda tergantung dengan pemilik medianya, termasuk juga pers islam. Banyak kita jumpai media seperti Suara Muhammadiyah, Al-Furqon, Hidayatullah yang tak lepas dari latar belakang kepemilikan media. Kita tahu bahwa di Indonesia, banyak madzhab berdiri tentunya sangat memvariasi dunia pers islam. Disisi lain, mereka tetap berpegang teguh terhadap ajaran islam tanpa mengubah nilai-nilai keislaman. Hanya saja perbedaan dalam hal fiqih sangat kental ketika berjumpa dalam gaya penulisan setiap media tersebut.

Pers islam di Indonesia saat ini mulai menjamah di lingkungan kalangan remaja. Sebagai contoh majalah elfata, sebuah majalah yang ditujukan kepada kalangan remaja dengan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh remaja dengan memasukkan nilai-nilai keislaman dalam tulisannya. Dengan menghadirkan suasana yang berbeda, yakni seputar gaya hidup remaja masa kini dipadukan dengan nilai keislaman dengan harapan agar bisa mempengaruhi termasuk memperbaiki gaya hidup remaja saat ini yang bisa dibilang melenceng dengan ajaran islam. Isu-isu kontemporer seperti bahaya AIDS, pornografi, aliran sesat, plagiat dan semacamnya menjadi isu yang hangat dan dekat dengan remaja.(lihat dan baca majalah elfata; media muslim muda edisi 01 volume 11 2011).

Pers alternatif kini telah hadir dan berkembang lewat masjid maupun komunitas muslim di negeri ini. Masjid atau komunitas muslim lewat medianya turut membantu dengan membuat buletin-buletin yang berisikan pesan-pesan dakwah untuk mengajak manusia ke arah kebaikan dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Terlebih saat ini, gencarnya salah satu organisasi Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menyampaikan dakwahnya lewat tulisan-tulisan lewat medianya sendiri.

Pers islam telah menjamah hampir di semua media, baik cetak maupun elektronik. Sebagai contoh untuk media cetak misalkan majalah Al-Furqon, Elfata, Fahma, Suara Hidayatullah, Suara Muhammadiyah, koran Republika dan masih banyak lagi. Sedang untuk media elektronik semisal MQ Radio, Radio dakwah hingga pertelevisian ADI TV.

3.Tantangan Pers Islam Masa Kini dan Mendatang

Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di samping dengan jumlah umat Islam terbanyak di dunia. Namun, sayangnya dari potensi tersebut pers islam masih belum bisa mendongkrak dan memberikan respon yang positif dari masyarakat. Beberapa faktor mengapa pers islam selalu datang pasang surut antara lain:

a.Kurang antusiasnya masyarakat khususnya umat islam salam menanggapi pers islam ini. Selain itu, kesadaran masyarakat dalam mencari pengetahuan dan informasi tentang islam sangat kurang

b.Finansial dana. Untuk masalah pembiayaan cetak dan produksi masih beroperasi dengan dana yang terbatas. Media islam yang kecil pun masih bergantung pada donator.

c.Pengaruh budaya pop atau luar. Masyarakat lebih condong menyukai informasi yang berasal dari barat, budaya-budaya pop, hingga selebriti. Isu-isu tentang keislaman dirasa kurang menarik bagi masyarakat. Untuk itulah menjadi tantangan bagi pers islam untuk mengubah layar tulisan agar mereka mau menerima dan membaca media pers islam.

d.Eksistensi idealisme masyarakat yang kuat, masyarakat yang fundamentalis dan sebagainya, sehingga mereka kurang merespon baik dalam penggunaan teknologi guna membantu kelancaran produksi.

M. Baharun, Wawasan Jurnalistik Global, (Surabaya: Pt. Bina Ilmu, 1999), hlm. 120




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline