[caption id="attachment_267711" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi:sanggarpendidikanfisika.wordpress.com"][/caption] Sepertinya pesta kelulusan dengan berbagai perniknya sudah berakhir. Perasaan lega orang tua karena mendengar kabar baik kelulusan anak mereka harus berakhir cepat karena mereka mesti berpikir keras lag untuk menentukan kemana anak mereka akan melanjutkan pendidikanya. Sekolah mana yang terbaik untuk anak ku? mungkin itulah pertanyaan yang hari-hari belakangan ini menggelayuti benak para orangtua. Puluhan brosur sekolah bisa jadi tiap hari di bolak-balik untuk benar-benar mendapatkan berbagai informasi akurat tentang menu pendidikan yang disajikan oleh berbagai sekolah. Dan jika kemudian kita melihat lebih jauh kepada menu pendidikan yang ditawarkan berbagai sekolah sebagaimana dalam brosur, maka ada dua menu yang biasanya dijadikan senjata penarik massa. Pertama adalah PRESTASI. Hampir bisa dipastikan semua brosur sekolah akan menampilkan foto pajangan piala dan siswa mereka yang sudah meraih penghargaan pada berbagai lomba yang mereka ikuti. Gambar-gambar itu laksana prasasti sekolah yang berbunyi "kami siap mencetak anak-anak saudara untuk bisa menjadi juara loma-lomba. yang kedua adalah GENGSI SEKOLAH. Untuk menunjukkan betapa sekolah itu bonafide dan layak untuk dijadikan pilihan maka brosur akan dihiasi dengan berbagai pernik yang dimaksutkan untuk menunjukkan bahwa ini adalah sekolah yang berkelas. Deretan gambar fasilitas kelas atas, profil guru dengan gelar akademik yang berjejer, komentar tokoh masyarakat yang dianggap terpandang dan bepengaruh adalah fitur yang biasanya digunakan untuk membentuk GENGSI SEKOLAH yang dinginkan. Memang akan terlalu dini untuk menilai sekolah hanya berdasar profil singkat mereka pada brosur yang disebarkan. Namun, dari sini sebenarnya kita bisa mendapatkan gambaran awal tentang apa yang sebenarnya menjadi visi dan misi sekolah. Boleh jadi dalam brosur mereka mencatumkan visi "membina generasi yang cerdas dan beriman" tapi jika lembaran berikutnya adalah melulu prestasi akademik yang diulas, maka hampir bisa dipastikan visi sebenarnya dari sekolah ini adalah "mebina generasi yang cerdas dan siapa tahu bisa beriman". PRESTASI dalam perspektif pendidikan dewasa ini memang mulai sempit maknanya. Banyak sekolah ataupun masyarakat kemudian mempersepsikan PRESTASI sebagai PIALA dan PIAGAM PENGHARGAAN dalam berbagai lomba yang diadakan. Semakin banyak piala yang menjejali almari di kantor sekolah akan dianggap semakin berprestasi sekolah itu. Persepsi ini semaikin hari semakin mengakar dan berkerak dalam benak bukan hanya pihak sekolah namun juga para orangtua dan siswa. Pernah suatu hari salah satu siswa saya yang baik budi pekertinya datang dan menangis dihadapan saya. dia berkata "saya adalah siswa yang sama sekali tidak berprestasi. tidak seperti adik saya yang sering memenangkan lomba dan mendapat piala." siswa saya ini merasa malu dan rendah diri dihadapan keluarganya karena dia tidak pernah "menyumbangkan" piala untuk keluarganya. Kemudia saya berkata "ah...jangan begitu mas, sampean kan sudah berhasil menjadi anak yang baik dan pekerja keras". Kemudian jawaban selanjutnya sungguh mengejutkan saya. "Saya hanya bisa menjadi anak yang baik tapi tetap saja saya tidak berprestasi" [caption id="attachment_267701" align="aligncenter" width="300" caption="inikah arti prestasi? (gambar:adalah-solihin.blogspot.com)"]
[/caption] Percakapan hari itu benar-banar membuat saya merenung. Inikah hasil dari pendidikan kita? inikah yang kemudian menjadi hasil akhir dari brosur sekolahan yang hanya menjual PIALA sebagai tanda prestasi? Apakah menjadi anak yang baik itu bukan sebuah prestasi? apakah ada sekolah yang menghargai prestasi akhlak seorang siswa sebagaimana mereka menghargai prestasi akademisnya? Sepertinya kita harus kembali mendefinisikan ulang apa yang sering kita sebut sebagai prestasi. Dalam konteks pendidikan, banyak hal yang kemudian bisa kita jadikan patokan untuk mengartikan prestasi. Pada tataran individu maka kehadiran 100% adalah prestasi, keaktifan dalam kegiatan sekolah adalah prestasi, kecintaan kepada kebersihan adalah prestasi, dan masih banyak lagi hal lain yang bisa dihargai sebagai prestasi. Pada tataran sekolah, maka sekolah berprestasi bukan lagi hanya sekolah yang nilai NEM nya tertinggi se kabupaten, atau yang siswanya juara olimpiade sains. Tapi sekolah yang berhasil mendidik siswanya saat UNAS 100% jujur adalah prestasi, sekolah yang aktif mengajak siswanya pada kegiatan sekolah adalah prestasi. salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H