Lihat ke Halaman Asli

Aris Budiman

Ilmuwan, pemerhati pertanian dan perkebunan

Ilusi Kesempatan: Ketika Realita Tak Seindah LinkedIn

Diperbarui: 5 Agustus 2024   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

LinkedIn, platform jejaring profesional yang digadang-gadang sebagai ladang peluang. Namun, benarkah demikian? Saat menjelajahi platform ini, muncul kegelisahan melihat kontradiksi antara narasi sukses yang dibangun dengan realita yang dialami.

Pengguna LinkedIn, terutama dari kalangan mahasiswa, kerap memamerkan rentetan prestasi dan pengalaman. Seakan-akan peluang tersedia melimpah dan mudah diraih. Padahal, di balik layar, persaingan semakin ketat dan timpang.

Muncul pertanyaan, apakah proses seleksi benar-benar objektif atau sekadar formalitas untuk menyingkirkan sebagian besar pelamar? Apakah peluang hanya milik mereka yang memiliki karakteristik tertentu, yang dikonstruksi media sebagai standar kesuksesan?

Kegelisahan ini semakin menjadi saat menyadari bahwa partisipasi dalam organisasi, seminar, dan acara jejaring profesional tak menjamin kesuksesan. Bahkan, terkadang terasa hampa dan jauh dari esensi pengembangan diri yang sesungguhnya.

Pengalaman pribadi menunjukkan bahwa nama dan penampilan memiliki pengaruh signifikan. Penggunaan nama pena dan foto profil berbeda menghasilkan respon dan perlakuan yang berbeda pula. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bias dan diskriminasi dalam masyarakat.

Artikel ini merupakan ajakan untuk berefleksi. Apakah kita terjebak dalam ilusi kesuksesan yang dibangun media sosial? Bagaimana menciptakan dunia profesional yang inklusif dan adil bagi semua, terlepas dari latar belakang dan karakteristik mereka?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline