Lihat ke Halaman Asli

aries lailiyah

pengamat budaya

Obatku adalah Kenangan

Diperbarui: 15 Oktober 2023   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seribu Purnama

Namaku Alea, perempuan usia 23 tahun kala itu, dimana pertama kali aku mencintaimu. Aku melihatmu lagi setelah 3 tahunan dr perjumpaan awal. Entahlah, rasanya panah asmara langsung menancap tepat di lubuk hatiku.

Kau tersenyum melihatku dan kubalas dengan senyuman, perjumpaan yang ditemani gerimis di malam hari. Malam itu, aku merasa Kotagede menjadi sangat indah. 

" Alea, kau tau kan dia saudaramu?," tanya abangku (suami kakak sepupuq) bertanya menggoda.

"Hahaha... tau dung," jawabku.

"Sekarang dah tau bang, kalau dulu diusir aku ," katanya sembari tertawa terbahak-bahak.

Hmmm... itu perjumpaan kami setelah lama tak bertemu dan sejak saat itulah aku mencintainya.

10 tahun kemudian,

Aku tidak menikah dengannya, kami akhirnya berjalan sendiri-sendiri. Bahkan akhir perjumpaan kami adalah saling minta maaf dan berpamitan. Tp, aku terus mendoakan kesehatan, kebahagiaan n keberkahan untuknya.

Berjalannya waktu aku semakin menyadari bahwa cinta adalah takdir, sedangkan menikah adalah pilihan. Oleh karena itu, sangat beruntung bagi orang-orang yang bisa menikah dengan orang yang mencintai dan dicintai kita. Meskipun setiap orang punya caranya sendiri dalam menentukan pasangannya.

"Jika kelak aku tak bersamamu, kamu harus tetap hidup dengan bahagia, aku akan selalu mendoakanmu," katanya yang membuat hatiku sebenarnya cukup sesak, namun aku tahan agar nampak kuat. Meskipun hatiku sangat rapuh saat itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline