Lihat ke Halaman Asli

Ari Rosandi

Pemungut Semangat

Antara Harta dan Ilmu: Siapa yang Menjaga Siapa?

Diperbarui: 22 Agustus 2024   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di suatu desa, ada seorang kaya raya bernama Tuan Haris. Ia memiliki segalanya---rumah megah, mobil mewah, kebun yang luas, bahkan koleksi barang antik dari seluruh dunia. Namun, setiap malam, Tuan Haris susah tidur. Ia khawatir hartanya akan dicuri, bisnisnya gagal, atau investasinya merugi. Setiap pagi, ia bangun dengan stres baru tentang bagaimana melindungi apa yang ia miliki.

Di sisi lain desa, ada seorang pria sederhana bernama Pak Ibrahim. Ia bukan orang kaya. Namun, Pak Ibrahim adalah seorang guru yang memiliki banyak ilmu. Ia menghabiskan waktunya belajar, mengajar, dan berbagi kebijaksanaan dengan orang-orang di sekitarnya. Meskipun hidupnya sederhana, Pak Ibrahim selalu terlihat damai dan bahagia. Ketika ditanya rahasia kebahagiaannya, Pak Ibrahim hanya tersenyum dan berkata, "Aku tak punya banyak harta yang perlu aku jaga. Tapi ilmu yang kumiliki selalu menjagaku dari kesulitan."

Suatu hari, desa tersebut dilanda banjir besar. Rumah-rumah hancur, kebun-kebun rusak, dan banyak barang-barang milik penduduk hilang terbawa arus. Tuan Haris kehilangan hampir seluruh hartanya. Ia pun jatuh miskin dalam semalam dan tidak tahu bagaimana memulai hidupnya kembali. Sementara itu, Pak Ibrahim juga kehilangan rumahnya, namun ia tetap tenang. Dengan ilmu serta pengetahuan yang ia miliki, Pak Ibrahim berhasil menghimpun kembali dan memimpin masyarakat desa, bahu-membahu membantu membangun kembali desa dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.

Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW, dikenal dengan kebijaksanaannya yang memukau. Salah satu ucapannya yang menggugah alam pikiran kita berbunyi begini: "Bila memiliki banyak harta maka kitalah yang akan menjaga harta, namun jika kita memiliki banyak ilmu maka ilmulah yang akan menjaga kita." Kalimat ini adalah nasihat sederhana, akan tetapi penuh makna dan menantang kita untuk berpikir lebih dalam. Bagaimana bisa harta justru membebani, sementara ilmu, yang katanya 'ringan', justru bisa menjaga kita?

Apa yang dimaksud Ali bin Abi Thalib dengan "menjaga harta"? Kita seringkali merasa bahwa memiliki banyak harta adalah jalan menuju kebebasan. Semakin banyak uang, tanah, mobil, dan barang mewah, semakin besar pula kendali kita atas hidup ini, bukan? Namun, sayangnya, realitas tak seindah fantasi. Ali r.a mengingatkan bahwa semakin banyak harta yang kita miliki, semakin besar pula beban kita untuk menjaga dan mengurusnya. Kita harus membayar pajak, asuransi, perawatan, dan keamanan untuk melindungi harta benda tersebut. Bukannya merasa bebas, kita justru terjebak dalam jeratan kepemilikan yang semakin sempit. Alih-alih kita yang memiliki harta, sering kali, hartalah yang 'memiliki' kita.

Ketergantungan yang Membelenggu

Di era modern saat ini, ketergantungan kita terhadap harta semakin kentara. Kita terobsesi dengan kemewahan, status sosial, dan kesenangan yang sejatinya instan. Media sosial memperparahnya dengan menampilkan kehidupan penuh glamor orang-orang yang sering kali hanya menampilkan setengah dari cerita mereka sebenarnya. Di saat kita sibuk menjaga harta, kita kehilangan esensi hidup. Bukannya bebas, kita justru menjadi budak dari apa yang kita kumpulkan. Apakah uang bekerja untuk kita? Mungkin di atas kertas iya, akan tetapi dalam kenyataannya, kita justru bekerja untuk melindungi uang kita. Mau liburan? Takut rumah kemalingan. Mau santai? Ada perawatan mobil yang menunggu antrian. Jadi, siapa yang sebenarnya menjaga siapa?

Namun sebaliknya, jika kita memiliki dan menguasai ilmu, maka ilmulah yang akan menjaga kita. Ilmu tidak memerlukan penjaga keamanan, tidak perlu dibayar pajaknya, dan tidak akan berkarat. Ketika kita menguasai ilmu, kita tidak perlu khawatir kehilangan ilmu tersebut kecuali jika kita berhenti belajar. Ilmu adalah teman setia yang akan selalu ada di saat kita butuhkan, membantu kita melihat jalan keluar di saat-saat sulit, dan memberikan kekuatan di saat kita merasa lemah.

Mengapa Anak-Anak Muda Harus Memahami Pesan Ini?

Di era digital saat ini, sudah bukan tidak biasa lagi bahwa banyak anak-anak muda terjebak dalam ilusi bahwa kesuksesan hanya diukur dari harta benda yang terlihat. Mulai dari konten influencer yang menampilkan gaya hidup mewah hingga tren "flexing" di media sosial, kita seolah terpapar pada nilai-nilai materialistis yang mengubah dan akhirnya membentuk pola pikir kita. Generasi muda saat ini perlu diberi pemahaman bahwa kesuksesan tidak hanya datang dari berapa banyak yang kita miliki, tetapi lebih dari itu, dari seberapa bijak kita bisa hidup dengan apa yang kita ketahui.

Pesan Ali bin Abi Thalib ini relevan dan kritis untuk disampaikan kepada generasi muda. Pendidikan formal mungkin penting, tetapi pendidikan sejati adalah tentang bagaimana kita belajar dari kehidupan itu sendiri. Ilmu tidak terbatas pada teori-teori di sekolah atau di kampus-kampus, tapi juga tentang pengalaman, kebijaksanaan, dan nilai-nilai hidup yang kita kumpulkan sepanjang perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline