Lihat ke Halaman Asli

Ari Rosandi

Pemungut Semangat

Sekolah Tanpa PR: Mendidik atau Memanjakan?

Diperbarui: 30 Juli 2024   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak sedang mengerjakan PR (Sumber: Pexels/ANNUSHKA AHUJA)

Sekolah tanpa Pekerjaan Rumah (PR), hmm... Sebuah konsep yang menarik sekaligus menggelitik. Seolah-olah kita sedang berbicara tentang sebuah utopia pendidikan, di mana anak-anak pulang ke rumah tanpa membawa beban tugas yang menumpuk.

Tapi tunggu sebentar, apakah ini benar-benar sebuah inovasi pendidikan yang mendidik atau malah memanjakan? 

Perspektif Historis: Dari Zaman Dulu Hingga Kini

Kalau kita kilas balik ke masa lampau, orang tua kita mungkin punya cerita menarik soal PR.

Dulu, PR bukan cuma sekadar tugas sekolah, tapi juga alat untuk mengasah otak dan karakter.

Coba tanya kakek atau nenek Anda, mereka pasti punya cerita tentang betapa seriusnya mereka mengerjakan PR di bawah lampu minyak, tanpa kemewahan teknologi.

Namun, zaman berubah. Anak-anak sekarang hidup di era digital, dimana informasi begitu mudah diakses. Kita tidak bisa lagi memaksakan metode pendidikan lama pada generasi baru.

Mungkin di sinilah letak masalahnya. PR tradisional mungkin terasa usang dan kurang relevan bagi anak-anak masa kini yang terbiasa dengan kecepatan informasi dan teknologi canggih.

Kasus Nyata: Sekolah Tanpa PR di Negara Lain

Beberapa negara sudah mencoba menerapkan sistem sekolah tanpa PR.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline