Lihat ke Halaman Asli

Ari Rosandi

Pemungut Semangat

Dunia Maya atau Dunia Nyata? Bangun Generasi di Pusaran Game Online

Diperbarui: 21 Juli 2024   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pak Agus bergegas menuju ruang tamu saat matahari pagi sudah mulai nampak semakin tinggi. Di kamar, anaknya, Budi, masih terpaku di depan layar komputer, mengetik cepat dengan jari-jarinya. "Budi, ayo sarapan!" Teriak Pak Agus. "Sebentar, Pak. Lagi tanggung main game lawan raja musuh penting!" jawab Budi tanpa mengalihkan pandangan dari layar. Suara efek tembakan dan suara lawan yang terjatuh menggema sampai ke ruang tamu. Pak Agus hanya menghela napas panjang. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya, apakah Budi dan generasi sebayanya akan bisa menjadi Generasi Emas 2045?

Fenomena Game Online: Hiburan atau Bencana?

Game online memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang, terutama anak-anak dan remaja. Mengutip dari laman RRI, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet di Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia menunjukan angka 171,17 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia 264,16 juta jiwa. 

Dan yang tidak mengejutkan sebenarnya, pengguna internet tertinggi berdasarkan usia 15-19 tahun sebesar 91%, perangkat yang digunakan untuk mengakses internet adalah 93,9% terhubung ke internet melalui smartphone atau tablet, dan 54,13% pengguna internet di Indonesia memanfaatkan internet sebagai hiburan yaitu untuk bermain game online.

Seaungguhnya menyelami dunia game online bukanlah sekadar tentang bermain, tetapi juga tentang bagaimana anak-anak ini berinteraksi dengan teknologi dan dunia maya. Game online menyediakan dunia alternatif di mana mereka bisa menjadi siapa saja yang mereka inginkan, melarikan diri dari tekanan kehidupan nyata, dan mendapatkan rasa pencapaian yang instan. Sayangnya, ini sering kali datang dengan biaya yang mahal: waktu, kesehatan mental, dan bahkan perkembangan sosial mereka.

Salah satu daya tarik terbesar dari game online adalah kemampuan untuk bermain dengan teman-teman atau bahkan orang asing dari seluruh dunia. Interaksi ini, meski terlihat positif, dapat menimbulkan tekanan sosial dan emosional yang tidak jarang sulit diantisipasi. Anak-anak sering kali merasa tertekan untuk terus bermain demi mempertahankan status mereka dalam game, yang bisa mengarah pada kecanduan. Ini adalah contoh nyata bagaimana teknologi, jika tidak digunakan dengan bijak, dapat merusak keseimbangan hidup.

Dampak Negatif Game Online

Beberapa waktu lalu, kita dihebohkan dengan kasus tiga orang anak di Semarang yang harus dirawat di rumah sakit jiwa karena kecanduan game online. Anak tersebut mengalami gangguan tidur, perilaku agresif, dan mulai kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari seperti belajar dan berinteraksi dengan keluarga. Kasus ini menggarisbawahi bahwa kecanduan game online tidak hanya merusak kesehatan mental tetapi juga menghancurkan dinamika keluarga.

Sudah banyak berita muncul dimana anak keranjingan game online mengalami penurunan drastis dalam prestasi akademiknya akibat terlalu banyak bermain hingga larut malam. Mereka yang sebelumnya dikenal sebagai siswa berprestasi, seringkali dimulai dengan menunjukkan gejala-gejala kecanduan seperti sulit tidur, kurang konsentrasi di sekolah, dan bahkan menunjukkan perilaku agresif ketika diminta untuk berhenti bermain. Ini menunjukkan betapa seriusnya dampak game online terhadap pendidikan anak-anak kita.

Dalam kasus lain, seorang anak kecanduan game online dengan terpaksa harus menjalani terapi intensif setelah menunjukkan gejala depresi berat. Dalam beberapa kasus, mereka menghabiskan lebih dari 10 jam sehari bermain game, mengabaikan tugas sekolah dan kehidupan sosialnya. Orang tuanya, yang awalnya menganggap game online sebagai hiburan yang tidak berbahaya, akhirnya menyadari betapa seriusnya dampak kecanduan ini ketika anak mereka mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan mental.

Dampak Jangka Panjang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline