Seandainya Superman cuma pakai sandal jepit dan naik sepeda ontel untuk menyelamatkan dunia, apa kira-kira bakal banyak yang percaya? Begitu juga dengan kita. Kalau mimpimu sebesar Gunung Semeru, ya usaha Anda tidak boleh cuma setinggi gundukan pasir di pantai. Hidup ini ibarat mencetak gol di tengah hujan deras. Kalau cuma lari-lari kecil di pinggir lapangan, menikmati guyuran air, kapan bisa mencetak gol?
Ketika Mimpi dan Usaha Tak Sejalan
Dalam sebuah seminar motivasi, ada seorang peserta yang berdiri dengan penuh semangat.
"Saya punya mimpi ingin jadi orang tajir melintir!" katanya dengan lantang.
"Apa yang sudah kamu lakukan untuk meraih mimpimu itu?" sang pembicara tersenyum, dan bertanya.
"Saya masih menunggu warisan dari kakek saya," dengan muka agak kecut, peserta itu menjawab.
Nah, ini dia problematika banyak orang. Mimpi besar, tapi usaha yang dilakukan setara dengan menunggu keajaiban turun dari langit.
Mengukur Mimpi dengan Usaha
Jadi, bagaimana sih seharusnya kita mengukur usaha yang sesuai dengan mimpi kita? Pertama, kita harus realistis. Mimpi itu gratis, tapi mewujudkannya perlu usaha yang tidak gratis.
Kalau ingin jadi dokter, jangan cuma berdoa sambil rebahan. Harus kuliah, belajar anatomi, magang di rumah sakit. Usaha yang besar ini harus direncanakan dengan matang, tidak bisa asal-asalan.