Lihat ke Halaman Asli

Ari Rosandi

Pemungut Semangat

Refleksi Hijrah: Dari Kegelapan Menuju Cahaya, Dari Keraguan Menuju Keyakinan

Diperbarui: 7 Juli 2024   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti halnya aliran sungai yang terus mengalir, waktu pun juga sama terus bergerak tanpa henti. Detik demi detik, menit demi menit, dan hari demi hari berlalu tanpa saling menunggu. Tibalah kita di penghujung tahun 1445 Hijriah, menyambut tahun baru 1446 Hijriah yang tentu saja penuh dengan harapan dan doa yang tulus. Tahun Hijriah adalah pengingat abadi tentang hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah, sebuah peristiwa monumental yang mengubah arah sejarah umat Islam. Maka, sudah sepatutnya kita merenungi makna hijrah dalam kehidupan kita sehari-hari.

Hijrah: Refleksi dan Reorientasi

Hijrah bukan sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, melainkan juga perpindahan makna dan nilai dalam hati dan pikiran kita. Dalam konteks modern, hijrah bisa berarti berpindah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik, dari kegelapan menuju cahaya, dari keraguan menuju keyakinan. Momentum ini adalah saat yang tepat untuk melakukan refleksi diri, menelusuri jejak langkah kita selama setahun terakhir, dan merencanakan perubahan yang lebih baik di masa mendatang.

Dalam hidup, kita sering terjebak dalam rutinitas yang monoton dan membosankan. Kita lupa bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hijrah seperti panggilan untuk berubah, untuk berani keluar dari zona nyaman, sekaligus untuk menantang diri sendiri. Seperti halnya ungkapan bahwa perubahan adalah satu-satunya yang abadi, maka, tahun baru Hijriah adalah gerbang perubahan di awal kunci semangat untuk terus tumbuh dan berkembang.

Makna Spiritual Tahun Baru Hijriyah

Tahun baru Hijriah seharusnya menjadi momen untuk memperbaharui hubungan kita dengan Allah SWT. Ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah, memperdalam pemahaman juga pengamalan agama, dan memperkuat keimanan. Layaknya seorang petani yang menyiapkan tanahnya sebelum menanam benih, kita pun harus mempersiapkan hati dan pikiran kita sebelum menanam kebaikan dalam hidup. Dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, niscaya kita akan mampu menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.

Kita sering terjebak dalam hiruk pikuk kesibukan dunia, mengejar harta dan jabatan, hingga melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu keabadian dalam kematian. Tahun baru Hijriah sejatinya mengingatkan kita untuk kembali ke fitrah, kembali ke jalan yang benar, dan kembali kepada Allah. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Quran:

 "Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: 28). 

Maka, sholat, zikir dan doa adalah sarana meraih ketenangan dan keberkahan.

Refleksi Sosial: Menggugah Kepedulian

Selain refleksi diri dan spiritual, tahun baru Hijriyah juga adalah saat yang tepat untuk merenungi peran kita dalam masyarakat. Kita hidup di dunia yang penuh dengan ketidakadilan, kemiskinan, dan penderitaan. Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu sesama, untuk peduli terhadap mereka yang kurang beruntung, dan untuk berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline