Lihat ke Halaman Asli

Spiritualitas Santo Petrus

Diperbarui: 14 Mei 2024   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“ Orang yang dipimpin oleh Roh Allah ialah anak-anak Allah. Roh yang dikurniakan oleh Allah kepada kamu tidak memperhamba kamu, sehingga kamu hidup dalam ketakutan.’’ (Rom. 8 :14-16)

Pendahuluan

Dalam surat Santo Paulus kepada jemaat di Roma, ia menjelaskan bahwa iman yang tulus berasal dari hubungan yang intim antara Roh Kudus dengan roh umat yang beriman. Iman yang tulus bukan hanya dengan mengambil jarak dan mempelajari secara ilmiah kehidupan serta pengajaran Yesus Kristus. Tetapi, harus ada unsur persekutuan dan kemuridan. Kita sebagai umat Kristus diajak untuk mengikuti dan bersatu denganNya. Dalam perjalanan mengikutiNya akan selalu ada tegangan antara tuntutan injili dan kewajiban tinggal di dunia ini. Karena itu, iman yang kuat akan terus diuji di dunia. Iman yang kuat akan terus mendorong kita ke dimensi sosial dan berani berkarya di tengah dunia yang terus berubah ini. Itulah cara hidup kristen atau ‘spiritualitas kristiani’ yang otentik. Hidup yang membiarkan diri dipimpin oleh Roh Kudus. 

Memang benar bahwa tujuan utama dari spiritualitas kristiani adalah persekutuan denganNya, akan tetapi tidak semua orang dipersatukan dengan Kristus dalam derajat yang sama. Hal ini dikarenakan setiap orang itu unik, hubungan setiap orang dengan Kristus pun sama uniknya. Pengetahuan akan Allah yang mereka nikmati, cinta yang dijalankanNya, dan karunia yang diberikan oleh Roh kudus berbeda-beda pada setiap orang. Oleh karena itu melalui perantara orang-orang kudus, kita dapat meneladani cara hidup mereka dalam mengikuti Yesus.   

Salah satu tokoh yang menarik untuk dibahas adalah Santo Petrus. Petrus adalah tokoh yang paling dikenal dalam perjanjian baru setelah Yesus. Dengan perjalanan yang panjang, imannya yang bertumbuh secara bertahap memberikan contoh yang sangat baik kepada Umat Kristen di seluruh dunia. Pemaparan kehidupan Santo Petrus akan disajikan 

secara berurutan. Dimulai dari latar belakangnya, perjumpaan dengan Yesus pertama kali, kisah penjala manusia, kisah pengakuan iman Petrus, kisah persyaratan mengikutiNya, kisah penyangkalan, dan kisah pertobatan. Yang kemudian disertai dengan analisis singkat dari setiap kejadian itu.  

Isi

Pada awalnya Petrus dikenal dengan nama Simon atau Simeon yang berarti ‘Tuhan mendengar’ dalam bahasa ibrani. Petrus berasal dari Betsaida. Ia adalah orang Galilea Yahudi yang tinggal di daerah Kapernaum dengan mata pencaharian sebagai penjala ikan. Salah satu anggota dari empat murid pertama Yesus ini memiliki sifat tegas dan impulsif. Dia orang yang siap sedia untuk mempertahankan pendiriannya dan bahkan dibuktikan menggunakan kekerasan. Selain itu, perilakunya dalam Alkitab juga menunjukkan bahwa petrus adalah orang yang naif; penakut; namun jujur sampai ke sikap penyesalan yang sungguh-sungguh. 

Penggambaran Petrus dalam injil memberikan perjalanan rohani yang bertahap dan pangkal tolaknya adalah Yesus. Sebelum Petrus menjadi murid Yesus, ia dahulu adalah murid Yohanes Pembaptis. Petrus sebagai orang Yahudi yang beriman kuat, memiliki kerinduan akan Allah yang begitu besar dan terdorong untuk terus mencari Mesias. Bersama dengan saudaranya Andreas, mereka telah mencari dan bertemu dengan Mesias melalui mentornya Yohanes Pembaptis.  

Setelah pertemuannya yang pertama ini, Yesus berjumpa lagi dengan Petrus di tepi Danau Genesaret. Di tempat itu juga, Yesus menunjukkan kuasaNya. Petrus dipanggil dan diberi kepercayaan untuk menjadi ‘penjala manusia.’ Panggilannya ini mengubah orientasi hidupnya secara radikal. Yang sebelumnya hanya bekerja sebagai penjala ikan di tepi danau Galilea, berubah menjadi penjala manusia dengan tugas yang sama sekali baru dan cangkupan wilayahnya lebih luas. Petrus dan teman-temannya menanggapi panggilan itu dengan sepenuhnya. Narasi Matius dalam Injilnya yakni “mereka pun segera meninggalkan jalannya dan mengikuti Yesus.” atau “mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Yesus”, bukan sekedar penggambaran akan spontanitas sikap yang keluar begitu saja dari mereka. Sikap mereka ini mewakili kesediaan mereka memberikan diri seutuhnya pada Yesus untuk dibimbing dan diarahkan. Mereka percaya dengan mengikutiNya akan memberikan nilai baru dan berbuah banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline