Lihat ke Halaman Asli

Arip Senjaya

Dosen, pengarang, peneliti

Sehangat Warna Kulit: Lopez!

Diperbarui: 12 Januari 2023   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://english.ucmerced.edu/node/511

Mungkin Amerika bagi orang-orang Meksiko adalah semacam Samsat untuk membuat "pemutihan" warna kulit. Saya sering membayangkan jadi penyair Antonio Lopez dari Palo Alto Timur itu, orang tuanya bermigrasi dari Meksiko ke Amerika buat mengamankan keturunan agar tidak lagi disebut kulit berwarna.

Kalau gak terbiasa ngelihat variasi warna kulit orang, misal Anda bertemu Lopez di Bali, Anda akan mengira dia orang bule. Gak begitu. Bule itu gak tanpa gradasi dan orang-orang Amerika Latin gak termasuk dalam kulit putih sempurna. Yang sempurna tentu Eropa.

Orang-orang kulit hitam juga sama, tidak semua hitam itu dianggap hitam. Ada hitam-terang (Mullato) yang dianggap orang-orang Eropa sebagai hitam yang lebih tinggi dari hitam-Afrika lainnya. Yang hitam-hitam terang boleh sekolah dan jadi beken, yang hitam rumek gak boleh. Di kebon aja.

Tapi rupanya gak mudah ngehapus sejarah kulit. Saat Lopez merima beasiswa untuk kuliah, dia diberi karena bakatnya sebagai penyair kulit berwarna! Edan, masih saja mekanisme warnaisme itu! Meski dia katakanlah jadi Walikota Palo Alto suatu hari, tetap saja dia akan disebut walikota keturunan kulit berwarna. Hari ini dia adalah anggota Dewan Kota termuda, baru 27 tahun.

Itu sebabnya mungkin dia memilih menulis puisi  untuk hasrat kejujuran dan tak mau terjebak politik yang menurutnya mengajari cara bertahan hidup. (Kata-kata ini kadang saya pahami sebagai cara dia mengambil pahitnya hidup: daripada berharap-harap menjadi politisi penting suatu hari dan ternyata gagal, lebih baik jadi penyair saja tokh! Karena kalau benar dia gak tertarik politik, ngapain dia jadi anggota Dewan Kota?).

Puisi-puisi dia sendiri berisi pekatnya pengalaman hidup sebagai warga Palo Alto yang di era 90-an khususnya jadi tempat bunuh-bunuhan.

Tapi jangan bayangkan efek bunuh-bunuhan ini hanya pada luka di tubuh dan kematian, tetapi pada hidup yang penuh rasa mual dan ketawaran. Kita dapat membaca dalam puisi "Perkelahian" yang menggambarkan kenginginan berteriak dengan bahasa Spanyol (tetapi yang keluar (yang dimuntahkan) adalah bahasa Inggris! Situasi ini membuat aku lirik merasakan bir pun jadi tawar. Ia menginginkan jati dirinya, tetapi ia terpaksa menjadi orang lain.

Dan bahwa dia menginginkan kepenyairan tampak pada cara pandangnya pada tujuan setiap manusia, yakni untuk menyusui generasi baru dan dengan visi yang juga sama: Una vida mejor (untuk hidup yang lebih baik). Tampaknya mungkin politik tidak dapat melakukan hal itu, tapi itulah visi politik ideal bagi Lopez.

Beberapa penggalan puisi di atas dapat Anda baca dalam kumpulan buku puisi barunya Gentefication, terbit tahun lalu (2021), masih hangat, sehangat sejarah warna kulit, tak pernah basi! []




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline