Lebaran tahun ini sungguh penuh cerita, dan berharap cerita pilu dilebaran tahun ini tidak terulang kembali ke anak cucu kita kelak, dimana wabah Covid-19 telah memporak porandakan tatanan yang ada dan memaksa semua orang hidup dengan ketidak normalan.
Seperi biasa, tradisi sungkeman di hari lebaran senantiasa ada di keluarga kami, dan itu sudah turun temurun dari mbah-mbah Kediri dan saya bawa tradisi tersebut ke keluarga Gresik.
Malam Idul Fitri suara takbir berkumandang dari masjid ke masjid, dari rumah ke rumah, ibu mertua menangis sesenggukan karena teringat Mbah dan kakak-kakak nya yang sudah tiada, beliau juga teringat adik-adiknya di Jombang dan Sragen yang biasanya setiap lebaran beliau selalu mudik ngasih oleh-oleh ke adik dan keponakannya kini tidak bisa mudik karena adanya PSBB.
Keesokkan harinya, usai kami sholat Idul Fitri di masjid Raudhatul Muttaqin, tradisi sungkem lebaran kami laksanakan dirumah, haru campur bahagia menjadi satu, air mata meleleh mengharap dosa-dosa juga berjatuhan ketika orangtua menantu dan anak serta cucu saling maaf memaafkan
Karena tahun ini tidak bisa mudik, kami lakukan sungkem lebaran dengan orangtua di Kediri via Video Call WA. Di Kediri emak dan bapak sudah siap didepan kamera HP nya adik, "bapak kaliyan emak, ing wekdal sakmeniko ingkang Putro mboten saget sowan ing ndalem Kediri amargi kahanan ingkang mekaten, bapak kaliyan emak, wonten ing dinten ingkang Fitri puniko, ingkang Putro nyuwung pangapunten ingkang katah amargi ingkang putro katah salah lan khilaf dumateng panjenengan (Ayah dan Ibu, di waktu saat ini, anakmu ini tidak bisa berkunjung mudik ke Kediri dikarenakan kondisi saat ini, ayah dan ibu, di hari yang fitri ini, anakmu ini mohon beribu maaf atas segala salah dan khilaf pada kalian berdua)"
Mendengar permintaan maaf dari kami, terlihat emak mengusap air matanya yang meleleh dipipi dengan jilbab besarnya "Iyo le, semuno ugo emak e nek enek salah Yo ngapuroen, Mak e dungo mugo-mogo uripmu Mulyo, tentrem rumah tanggamu, seger kuwarasan anak bojomu, emak Yo dungo mugo-mugo pagebluk korona ini cepet sirno Ben Mak e isu kumpul karo anak putu (iya anakku, sama halnya jika ibu ada salah mohon dimaafkan, ibu berdoa semoga hidupmu mulia, bahagia rumah tanggamu, sehat wal afiat anak dan istrimu, ibu juga berdoa semoga wabah korona ini cepat sirna agar ibu bisa berkumpul dengan anak cucu)"
kemudian istri juga menyampaikan permintaan maaf yang sama, bapak dengan suara gemetar di depan kamera HP sambil mengedepankan tangan salam membalas permintaan maaf istri "Iyo nduk, bapak nek enek salah ngapuroen (iya anakku, ayah jika salah maafkan juga)" bapak tidak bisa meneruskan kata karena kami didepan hp saling sesenggukan menangis.
Selamat Idul Fitri 1441 H, idul Fitri yang tak pernah kita lupakan dan akan menjadi cerita sejarah bagi anak cucu kita kelak bahwa Mbah dan bapak ibu mereka pernah melakukan sungkem lebaran melalui video call
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H