Lihat ke Halaman Asli

Ari Permadi

Aktivis Mahasiswa, dan Aktivis Narkoba

Masyarakat Lampung harus Kritis Tanggapi Janji-janji Kampanye Calon Kepala Daerah

Diperbarui: 12 September 2024   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Menjelang pilkada 2024 banyak para calon kepala daerah baik pada tingkat kabupaten/kota atau provinsi mulai berjumpa dan berdialog dengan masyarakat didaerah pemilihan nya masing-masing, upaya ini tentu dijadikan sarana oleh para calon untuk dapat menarik simpati dukungan kepada masyarakat, narasi-narasi pembangunan serta janji-janji politik harusnya disampaikan pada momentum-momentum ini sebagai bukti setiap calon memang memiliki gagasan-gagasan pembangunan untuk daerah.

Janji-janji politik jangan dipandang sebelah mata oleh Masyarakat, sebab janji itulah yang nantinya harus ditagih oleh masyarakat jika para calon terpilih, namun bila ada calon yang tidak memiliki gagasan dan janji politik sudah barang tentu calon tersebut merupakan calon boneka, atau calon pemimpin yang tidak punya visi pembangunan.

Janji politik hukum nya wajib, namun juga harus terukur dengan kondisi yang ada di daerah pemilihannya masing-masing. Berlebihan dalam berjanji tidak baik namun tidak punya janji politik itu jauh tidak baik, sebab janji politik merupakan visi pembangunan kedepan, jadi jangan sampai para calon pemimpin tidak memiliki visi yang jelas sebagai tolak ukur pencapaian nya dalam membangun daerah.

Masyarakat memiliki peranan penting dalam tahapan ini, jadikan momen  dialog bersama calon pemimpin untuk menguji sejauh mana komitmen nya dalam membangun daerah, daya kritis dari masyarakat sangatlah dibutuhkan sehingga janji-janji politik dari para calon dapat dipertimbangkan secara realistis, alias tidak asal obral janji.

Faktanya masih banyak dijumpai calon-calon pemimpin daerah yang tak memiliki gagasan, yang tidak memiliki narasi pembangunan, alih-alih ingin memberi gagasan malah kadang terjebak pada narasi-narasi yang tidak jelas, akibat memaksakan isi kepala yang memang minim gagasan, jika masyarakat tidak kritis tentu  akan menjadi bumerang dikemudian hari, jadi wajar-wajar saja jika masih ada banyak daerah yang tertinggal karena minimnya pembangunan yang dilakukan oleh para pemimpin-pemimpin nya.

Pada tulisan kali ini saya ingin mengajak para pembaca khususnya masyarakat Lampung untuk dapat benar-benar menjadikan pilkada sebagai sarana untuk membangun Lampung, salah memilih pemimpin berarti menunda kemajuan Lampung, untuk itu dibutuhkan narasi-narasi kritis, pertanyaan-pertanyaan yang tajam kepada para calon-calon pemimpin, bagaimana akan membangun Lampung kedepan, bagaimana membangun pendidikan kedepan, bagaimana cara mengentaskan kemiskinan dan lain-lain, apa rencana kebijakan nya, realistis atau tidak dengan kondisi yang ada?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan wajib yang akan menguji para calon untuk menjelaskan secara clear visi misi nya.

Jangan hanya bicara akan memajukan Lampung, akan membangun Lampung, tapi harus juga bicara bagaimana cara membangun nya, dan apa program yang akan dibuat? Trobosan kebijakan apa yang akan dipakai?

Misalnya saja dalam hal kesehatan, berapa rumah sakit yang akan dibuat? Berapa orang miskin yang akan peroleh kesehatan gratis?
Jawaban-jawaban para calon akan dapat menggambarkan kepada masyarakat layak atau tidak calon tersebut untuk memimpin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline