Lihat ke Halaman Asli

Entrepreneurship Kreatif adalah jawabannya

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Indonesia adalah sebuah negara dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berlimpah, tercatat sebagai negara paling banyak penduduknya di peringkat keempat, dengan 241.973.879 jiwa (data Wikipedia), dengan luas daratan 1.922.570 km² dan lautan 3.257.483 km², Indonesia punya sumber daya yang cukup untuk mengembangkan perekonomiannya. Perkonomian Indonesia saat ini berada dalam level negara berkembang, hal ini jika dilihat dari tingka GDP perkapita sebesar 514,389 juta US dollar atau kira-kira US$ 2700 per kapita, data yang dikeluarkan Global Finance, sebuah majalah ekonomi global. Tingkat pertumbuhan GDP sebesar tahun 2008 sebesar 6.1% dan inflasi tahun 2009 sebesar 5%, Indonesia dinilai cukup resistan terhadap krisis perekonomian global yang melanda dunia belakangan ini.

Kondisi perekonomian saat ini jika hanya dilihat dari besar GDP dan tingkat pertumbuhannya dapat dikatakan Indonesia berada pada level menengah dan stabil. Namun, mengutip teori Simon Kuznet, ahli perekonomian negara, bahwa pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu kondisi pada waktu tertentu yang diukur dengan GDP (Gross Domestic Product) , namun adalah sebuah proses suatu negara mampu berproduksi dalam jangka panjang. Maka, masalah berikutnya akan berfokus pada kemajuan teknologi dan kelembagaan pemerintahnya serta kondisi sosial masyarakat yang dapat mendukung kemampuan suatu negara untuk berproduksi. Jika dilihat pada konteks ini, perekonomian Indonesia saat ini berada dalam sebuah kondisi yang memungkinkan krisis besar terjadi di masa yang akan datang.

Perekonomian Indonesia memiliki kelemahan terbesar pada sumber daya manusianya, KEI (Knowledge Economy Index) Indonesia, sebuah nilai tingkat nilai ekonomi suatu negara berdasarkan ilmu pengetahuannya, berdasarkan data World Bank tahun 2008 adalah sebesar 3,23. Nilai KEI tersebut cukup rendah, sebagai perbandingan KEI Malaysia sebesar 6,06, Denmark 9.58, USA 9.08, dimana Indonesia berada diperingkat 98 dari 140 negara. Tingkat KEI menunjukkan bahwa pada produksi berbasis teknologi yang pada masa kini dan kedepannya akan menjadi kebutuhan yang terus meningkat, Indonesia kemungkinan besar akan berada pada level konsumen. Nilai KEI juga memprediksikan seberapa besar tingkat inovasi di Indonesia yang akan menggambrakan iklim investasi pada bidang bidang produksi yang baru. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung pada pengembangan ilmu pengetahuan menjadi sumber utama masalah ini, ditambah tingkat kosumsi masayarakat yang tinggi, hal ini menjadi masalah yang cukup besar nantinya ketika zona perdagangan bebas mulai diterapkan secara keseluruhan dan efektif.

Iklim investasi dunia usaha di Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan, hal ini dapat dilihat dari margin profit perbankan yang cukup tinggi sebesar 42,5%. Margin profit ini memberatkan dunia usaha, meskipun tentunya menarik modal asing yang besar. Margin profit yang besar tersebut akan membentuk suku bunga yang tinggi, menyebabkan dunia usaha melesu ditengah tingkat pengangguran sebesar 9,5% dan kemiskinan sebesar 16,3%. Kondisi ini dapat menjadi penyebab menurunya PPF (Production Posibility Frontier) atau kemampuan produksi nasional. Kebijakan moneter yang diambil pemerintah harus mampu mengakomodasi dunia usaha agar pertumbuhan ekonomi tidak terhambat.

Zona perdagangan bebas tingkat ASEAN-Cina yang butir-butir perjanjiannya akan mulai diterapkan efektif di tahun 2010 ini akan menjadi salah satu faktor yang dapat menekan posisi perekonomian Indonesia, kecuali indonesia mampu dengan cepat memperbaiki beberapa sektor dalam negeri. Pada tahun 2010, biaya bea produk Cina akan sebesar 0% untuk pertanian dan 5% untuk produk manufaktur, dengan ini produk Cina akan mengancam produk dalam negeri. Saat ini Amerika Serikat baru saja mengeluarkan peraturan yang melindungi negaranya dari produk murah Cina, dimana akan memberi kemungkinan pengalihan produk-produk Cina ke negara-negara ASEAN, terutama Indonesia sebagai negara ASEAN dengan tingkat populasi penduduk paling besar. Jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, perekonomian Indonesia akan dalam situasi yang mengkhawatirkan di masa yang akan datang.

Apakah yang mampu menolong kondisi ini? Meningkat kemampuan produksi tentunya..
Apakah yang mampu mendorong kemampuan produksi? Perkembangan Dunia Usaha tentunya..

Siapakah pelakunya? Entrepreneur Kreatif tentunya..

Siapakah itu? Kita, Mahasiswa harusnya.. Lets be Entrepreneur.. Start it now and learn.. :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline