Lihat ke Halaman Asli

Ario Helmy

Guru Bahasa Inggris yang suka membaca dan menulis

KH Zainul Arifin Mendampingi Presiden Sukarno ke AS

Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebagai politisi yang sangat dekat dengan Presiden Sukarno, KH Zainul Arifin dari partai NU sering mendampingi kepala negara RI pertama itu mengadakan lawatan ke mancanegara.

Bermula dari suksesnya penyelenggaraan Konferensi Asian Afrika di Bandung 1955 yang terselenggara pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo I atau Kabinet Ali-Arifin (setelah wakil perdana menteri Wongsonegoro mengundurkan diri), Sukarno segera menindaklanjuti hasil-hasil konferensi dengan melakukan lawatan kenegaraan persahabatan keliling dunia selama beberapa bulan pada 1956. Salah satu negara tujuan ialah Amerika Serikat yang kala itu dipimpin Presiden Dwight Eisenhower.

SAMBUTAN HANGAT

Kunjungan perdana ke negeri adi daya itu berlangsung hingga 19 hari lamanya. Dari 16 Mei hingga 3 Juni 1956. Pemerintah AS memberikan sambutan hangat terhadap Presiden Sukarno. Di bandara, sesuai aturan protokoler Gedung Putih, Sukarno dan rombongan disambut oleh wapres Richard Nixon lengkap dengan upacara kebesaran militer. Dari Bandara Presiden RI dibawa dengan mobil terbuka ke Gedung Putih dimana Presiden Eisenhower sudah menunggu di atas tangga pintu masuk Gedung. Melanggar aturan protokoler, Eisenhower bukannya menunggu di depan pintu masuk di tangga atas, tetapi ia malah turun tangga mendatangi Sukarno hingga ke pintu mobil dan membimbingnya naik ke atas menuju pintu masuk. Hanya Presiden Sukarno kepala negara yang mendapat perlakuan begitu rupa.

Lawatan ke negeri adi daya yang ketika itu masih dirundung situasi Perang Dingin dengan Uni Soviet itu juga berlangsung cukup lama melintasi beberapa negara bagian AS membuat Sukarno terkesan.

SAMBUTAN DINGIN

Empat tahun sesudahnya, hubungan AS - Indonesia mendingin karena Sukarno dipandang terlalu dekat dengan kubu Uni Soviet. Padahal Sukarno berkukuh dengan pendirian Non-Blok nya. Dalam situasi demikianlah PBB mengundang Presiden sebagai salah satu pembicara dalam Sidang Umum ke 15 di New York.

Sukarno bertolak menuju AS setelah mendapat restu dari DPRGR yang diketuai KH Zainul Arifin pada 22 September 1960. Arifin kemudian bahkan ikut serta dalam rombongan dengan rute perjalanan meliputi Jakarta-Tokyo-New York-Paris-Roma-Jakarta.

Tiba di AS, sambutan Eisenhower tidak sehangat sebelumnya. Jangankan menyambut Sukarno ke pintu mobil, sampai di Gedung Putih Sukarno malah disuruh menunggu sampai 10 menit lamanya tanpa kemunculan Presiden Eisenhower. Sukarno, sebagaimana diceritakan Cindy Adams dalam autobiografi Sukarno: Penyambung Lidah Rakyat pun sempat marah dan menegur keras fihak protokoler Gedung Putih. Dikatakannya Presiden Indonesia akan meninggalkan Gedung Putih bila Eisenhower tidak segera hadir. Protokoler segera bertindak cepat menghadirkan Presiden AS seraya memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami Sukarno.

PANCASILA DAN KITAB SUCI

Bagaimanapun, lawatan ke AS untuk berpidato di depan sidang umum PBB itu tetap dicatat dengan tinta emas sejarah sebagai keberhasilan diplomasi tingkat tinggi Indonesia. Pada hari bersejarah 30 September 1960, Sukarno menyampaikan  pidatonya sekira sejam lamanya yang terkenal, "To Build The World Anew" dimana Presiden menjelaskan falsafah bangsa dan negara Indonesia Pancasila sambil mengutip pula ayat suci Al Qur'an Surat Al Hujuraat 49:13.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline