Lihat ke Halaman Asli

Ario Aldi L

Mahasiswa

Penguntit Misterius

Diperbarui: 14 Desember 2023   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penguntit misterius. Itu adalah julukan untuk orang yang terus menatapku dengan mata yang penuh aura jahat saat ini. Aku berpura-pura meniadakan kehadirannya dan berbaur dengan banyak orang. Dia terus mengikutiku sejak di stasiun sebelumnya. Sial, hanya tersisa aku di stasiun ini. Aku pergi ke toilet untuk memikirkan rencana dengan tenang. Pria itu masih mengikutiku. Aku tetap berusaha tenang dan menyelinap keluar dengan perlahan. 

Aku berhasil keluar. Awalnya dia hanya berjalan lambat. Kukira dia telah menyadari bahwa aku merasa diikuti. Padahal aku berhasil menjauh dari stasiun itu. Lalu, aku tidak memiliki tempat untuk kabur lagi. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, berharap ada seseorang yang bisa menolong ku dari kejaran orang tersebut. 

Saat kusipitkan kedua mataku, dari kejauhan kulihat terdapat sebuah kedai yang masih buka. Aku berlari ke arah kedai itu. Sesekali aku menoleh, namun tidak kujumpai pria itu mengejarku. Karena ketakutanku, aku tetap menuju ke kedai itu.

Saat kaki kananku akan masuk ke kedai itu tiba-tiba tangannya merangkul pinggulku. Aku berteriak sekeras mungkin sembari berharap seseorang dari dalam kedai keluar menolongku. Tak lama kemudian ada seorang pria keluar dari kedai itu. 

Dia cukup tampan, perawakannya pun lumayan. Hal itu membuatku lupa bahwa aku sedang dalam bahaya. Namun pria itu dengan cepat memahami kondisi, tanpa basa-basi dia mengayunkan tangannya ke arah pria yang dari tadi mengejarku.

Pukulannya mengenai lehernya, aku terkejut. Dengan perawakannya yang tidak lebih besar dari pria yang mengejarku, dia menumbangkannya dengan sekali pukul.

Kami berbincang, ya. Pria yang menolongku itu adalah pemilik kedai. Dia meneruskan kedai yang diwariskan oleh ayahnya. Dia bahkan memberiku makanan dan minuman secara cuma-cuma. Aku tidak tahu dengan apa harus kubayar hal ini, bukan untuk makanan dan minumannya. Akan tetapi jasanya yang telah menyelamatkanku.

Dia berkata bahwa tidak mudah untuk menjadi wanita karir, terlebih yang harus pulang larut malam setiap harinya. Meskipun dia telah menyelamatkanku aku tetap berhati-hati dalam memberikan informasi pribadiku. Dia pun dengan cepat juga menyadari hal tersebut dan mulai mengganti topik pembicaraan.

Seingatku, waktu menunjukkan pukul 01.30 AM AWST. Ya, aku harus kejar-kejaran dengan pria yang pingsan itu selama 30 menit. Aku juga ketinggalan kereta. Meskipun begitu, aku bukanlah wanita yang tidak tahu diri dan tidak tahu cara membalas budi. Aku meninggalkan beberapa dolar di samping makanan yang telah aku habiskan dan pergi.

Pada awalnya, kupikir menjadi wanita karir di Indonesia dan di Australia itu sama saja. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Aku tidak tahu mengapa aku harus mengalami kemalangan ini. Ini adalah peristiwa yang pertama kali ku alami selama hidupku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline