Lihat ke Halaman Asli

[MPK] Dia Telah Tersenyum Lagi

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di luar daun-daun meliuk dengan indahnya. Hembusan angin sore menerpa dedaunan dengan lembut. Begitu juga tatapan gadis itu ke arahku. Tatapan itu terlalu lembut dan juga penuh arti. Entah sejak kapan dia memerhatikanku dari balik kaca pemisah tempat duduk kami. Sesekali aku membalas tatapannya sebelum dia menundukkan pandangannya lantaran ketahuan mencuri pandang olehku.

Telah sejak sejam yang lalu aku duduk di sofa ini, dan gadis itu duduk di sana. Menunggu gerimis reda tidak terlalu membosankan sejak hadirnya pandangan dari mata gadis itu. Segelas kopi yang tinggal ampas saja membuatku untuk berinisiatif memesan segelas kopi hangat lagi.

“Mbak.” Kataku pada salah satu pelayan café sembari kuangkat tanganku.

“Bisa saya bantu Pak?”

“Mocacino dan segelas coklat hangat.”

“Baik. Mohon tunggu sebentar.”

Menunggu sebentar tak masalah bagiku. Toh menunggu hujan sejam saja aku betah. Dan benar saja, beberapa menit berikutnya si Mbak pelayan datang membawa pesanan yang kuminta di atas nampan.

“Letakkan mocacino di sini. Dan coklat hangat ke gadis di ujung sana.” Kataku memberikan perintah pada pelayan. Tak lupa secarik kertas aku letakkan di nampan yang hendak menuju gadis di sana.

“Mari tersenyum dan menatap dunia.” Kalimat itu adalah kalimat yang aku tulis di selembar kertas yang aku berikan lewat pelayan restoran tadi, dan dia sekarang sedang memegang kertas itu. Membacanya perlahan, dan dia menatapku dengan sejuta pertanyaan. Saya mencoba untuk berpaling, memandangi mocacino, menikmati keharumannya sebelum aku meminumnya.

Dia seperti ingin beranjak menghampiriku, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu yang dari kejauhan tidak sanggup lagi menahan bibirnya untuk mengungkapannya. Aku mengacuhkannya, dan menikmati mocacino bersama suasana gerimis yang mulai mereda, dengan pesona senja yang menakjubkan.

Aku bereskan semua barang bawaanku dan membayar semua pesananku. Namun aku masih disini, menatap gadis itu lagi. Hanya diam dan saling memandang, lalu aku beranjak menghampirinya.

Aku tersenyum, dan aku bisikkan “Kau tak sendirian, kita akan berpegangan tangan satu sama lain menjalani lika-liku kehidupan dengan semangat seperti batu karang yang mampu bertahan meski dihantam ribuan kali oleh gelombang. Kau mampu lewati semua, ini bukan akhir dari semua”

“Ini seperti segelas kopi. Pahit. Manis. Namun menyimpan ribuan mimpi”

“Semua jadi satu, dan itulah kehidupan di dunia ini”

Dia menatapku, menusuk seperti belati. Tajam. Menghujam. Lalu aku dorong kursi rodanya menuju ke beranda.

“Duniamu tidak selebar daun kelor, kau berhak menikmati senja yang menakjubkan ini, kau berhak menikmati indahnya alam ini, kau berhak menikmati langit, dan kau akan segera bangkit, jadi tidak ada alasan untuk bermuram durja seperti ini.” Kataku pada gadis itu.

Gadis itu tersenyum, sepertinya gairah hidupnya tumbuh kembali. Kupeluk dia dengan erat, meninggalkan sejenak fakta yang tersurat. Gadis itu adalah gadis dengan kekurangan fisik, kakinya lumpuh setelah mengalami kecelakaan sekitar enam bulan yang lalu. Bapaknya meninggal dunia dalam kecelakaan itu. Sedangkan dia, yang baru 14 tahun selamat meski harus merelakan kakinya.

Masih ada harapan dari tatap matanya. Garis senyumnya masih ranum, seperti bunga mawar yang segar ketika mekar. Aku rasakan hatinya telah bergetar lagi. Kini ketidak relaan dalam wajahnya sudah tak terlihat lagi. Gadis itu akan memulai hari baru dengan lembar-lembar cerita yang tak dapat ditebak. Namun aku yakin dia kan terus mampu berpijak, melangkah, dan menentukan arah.

Penulis: Mieny Angel dan Rakhmat Ari Nugroho (No.96)

NB: Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline