Lihat ke Halaman Asli

Kehancuran

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tersentak, mata membelalak, jantungpun seakan berhenti berdetak. Saat kau lakukan itu, kau telah robek hatiku yang lembek.. seribu juta waktu yang aku makan bersamamu hanya jadi percuma dan sia-sia…

Saat kau katakan kau telah memilihnya, akupun membentakmu..

“Hey,, kau tak pikirkan hatiku, kau itu punyaku, kau itu kekasihku…”

Kau cuma tersenyum, seakan bangga merusak hatiku, seakan menang pertempuran perang..

“Kau tahu, aku memilihmu karena kau mirip dengan kekasihku yang dulu, dia juga telah menghancurkanku, namun belum sempat aku membalas dendam, dia telah di panggil Tuhan…

Kaulah yang pantas untuk mengekspresikan dendamku.. aku minta maaf, kejujuran memang lebih baik, dan sekalipun kejujuran adalah menyakitkan..” katamu seperti itu..

Ah.. ini benar-benar gila…?!! seerror itukah isi otakmu..???

Aku benar-benar hancur, tak aku bayangkan ide seaneh itu caramu membalas dendam…

Aku rapuh, aku jatuh, aku luluh, sekaipun kau minta maaf, aku sulit menerima kenyataan ini

Dan aku tuliskan sebuah pesan untukmu:

“Maaf itu sakit, aku tak mampu bangkit..

Maaf itu lara, segala jadi percuma..

Maaf itu hancur, air mataku terus mengucur..

Maaf itu remuk, aku tak mampu menahan amuk..

Dan maaf itu…

Ah sudahlah, aku belum bisa memaafkanmu..

Itu ide terkonyol yang pernah aku dengar, juga pernah aku rasakan efeknya…”

Kini aku mencoba bangkit dari kehancuran sebuah cinta.Terlalu naif kalau menjalani hidup yang lurus-lurus saja, karena hidup memang terkadang indah dan menyakitkan,namun cukup sekali ini sajaaku rasakan terlalu jatuh,rasakan sebuah cita cinta yang terbunuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline