Energi fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara memiliki sumbangsih yang sangat besar bagi kemajuan peradaban. Tak dapat dielakkan Indonesia belum lepas dari ketergantungan energi fosil. Listrik yang dihasilkan dari pembakaran energi fosil menghidupkan lampu-lampu di pedalaman. Berliter solar yang dibeli nelayan menghantarkannya pada jala yang meraup ikan-ikan. Di pedesaan... di perkotaan, energi fosil menggerakkan roda perekonomian.
Tapi sayangnya energi fosil makin lama makin menipis akibat konsumsi yang kian masif. Namun demikian, kita harus melangkah dan tak menjadi pasif. Terus bergerak memikirkan gagasan yang solutif.
Demi eksistensi generasi yang akan datang, manusia masa kini kudu proaktif mencari sumber-sumber energi alternatif yang berkelanjutan lagi ramah lingkungan. Pertanyaannya, mampukah kita memapah mimpi berswasembada energi?
***
Awan pekat menggelantung di langit, pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Rintiknya senyap-senyap terdengar, beradu dengan deru minibus. Embun mulai membias kaca. Minibus yang saya tumpangi berjalan bak roller coaster di jalanan berbatu berkerikil. Ah, aspalnya sudah aus dimakan usia. Tiga kali sang sopir berhenti, hanya untuk membuang batu yang tetiba mengganjal roda bus dan menghambat perjalanan.
Melewati Tol Purbaleunyi, perjalanan menuju PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) Rimba Lestari ditempuh kurang lebih 3 jam. Saya tidaklah sendirian ke sana. Saya bersama tim JELAJAH ENERGI JAWA BARAT (23-26 Januari 2024) yang digawangi IESR (Institut for Essential Service Reform) dan Generasi Energi Bersih.
Agenda utamanya yakni mengulik dan melakukan observasi sejauh mana potensi EBT (Energi Baru Terbarukan) yang ada di Jawa Barat dengan mengunjungi sejumlah site berbasis energi surya, air, geothermal, biogas, termasuk mikro hidro.
Mengapa memilih Jawa Barat sebagai destinasi jelajah di awal tahun? Menurut Kepala Dinas ESDM Jabar Ai Saadiyah Dwidaningsih, Jawa Barat memiliki potensi energi terbarukan sebesar 192 GW di tahun 2023, tapi tidak banyak yang tahu. Di samping itu, bauran energi terbarukan di Jawa Barat tahun 2023 sudah mencapai 25,81%, melampaui target Rencana Umum Energi Daerah (RUED) sebesar 20% pada tahun 2025. Sebuah pencapaian! Utilisasi pembangkit EBT dan inovasi teknologi ramah lingkungan di Jawa Barat sejalan dengan langkah Indonesia dalam melakukan dekarbonisasi menuju target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
Ai Saadiyah menambahkan bahwasanya masyarakat masih awam dengan istilah seperti "transisi energi" dan juga "konservasi energi." Padahal peralihan atau transisi dari energi fosil menuju energi bersih yang lebih ramah lingkungan adalah sebuah keniscayaan. Konservasi energi sendiri menekankan pada pemanfaatan, optimalisasi, dan efisiensi sumber-sumber penghasil energi dari hulu hingga hilir, tetapi tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan (sesuai Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2023 tentang Konservasi Energi).