Seiring berkembangnya zaman, teknologi pun makin pesat berevolusi. Dari komunikasi surat-menyurat yang membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tujuan hingga pertukaran pesan via elektronik yang sampai hanya dalam hitungan detik. Perubahan zaman ini dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan, bahkan mungkin terjadi secara keseluruhan. Salah satunya adalah perkembangan sastra dan medianya.
Zaman dulu, penyampaian sastra masih dilakukan secara lisan. Cerita mulut ke mulut yang sering kali berubah cara penyampaian, tetapi masih memiliki inti yang sama. Kini sudah ada sastra dengan media cetak dan paling terbaru adalah sastra dengan media elektronik.
Sejalan dengan masifnya penggunaan media sosial, para penulis dan pembaca berbondong-bondong untuk ikut merasakan teknologi yang akan memudahkan mereka mengakses bacaan, termasuk karya sastra. Era ini disebut sebagai eranya sastra cyber, di mana media utama penyampaian karya sastra adalah internet.
Berbagai media platform di internet telah menjadi sebuah wadah baru bagi penulis dan pembaca untuk bertemu dan berinteraksi melalui karya. Utamanya ada dua jenis platform dengan fungsinys masing-masing, yaitu sastra berbentuk tulisan dan sastra berbentuk gambar atau komik. Media seperti Wattpad, Webtoon, NovelToon, Webnovel, KaryaKarsa dan lain-lain merupakan contoh rumah baru bagi para sastrawan, baik yang sudah profesional maupun yang baru menyelami dunia sastra.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini juga memberikan pengaruh pada gaya penulisan karya sastra. Hasilnya, terdapat sebuah tren di era sastra cyber. Para penulis dan pembaca menggandrungi genre fanfiction atau fiksi penggemar. Singkatnya, fanfiction merupakan karya yang mempertemukan penggemar dan idola yang mustahil terjadi di dunia nyata. Genre ini menjamur di platform Wattpad dan Webtoon.
Selain fanfiction, beberapa tahun terakhir marak juga penulis-penulis yang melabeli cerita mereka dengan AU atau Alternative Universe. Definisinya kurang lebih sama seperti fanfiction. Sayangnya masih banyak orang yang salah kaprah dan menganggap AU adalah genre baru yang lepas dari fanfiction. Padahal AU adalah subgenre dari fanfiction. Cerita-cerita AU ini banyak ditemukan di berbagai platform media sosial.
Namun yang paling ramai dibicarakan adalah AU Twitter. Fandom-fandom KPOP, Anime, atau yang lain membuat sebuah thread yang berisi cerita fiksi AU mengenai idola mereka. Saking digemarinya oleh para remaja, genre ini pun sampai naik cetak dan tersebar di toko-toko buku offline.
Beberapa pihak menganggap tren fanfiction dan AU ini merusak definisi karya sastra. Anggapan bahwa karya sastra adalah sebuah karya agung sirna karena hadirnya penulis-penulis amatir yang lebih banyak mendapat panggung daripada penulis profesional. Karena apabila dilihat dari beberapa dekade sebelumnya, hanya sastrawan dengan kualitas tulisan yang tinggi yang diakui. Kemudahan mendapatkan kesempatan bersastra menjadikan kualitas karya sastra sukar untuk dinilai sebab datang tanpa proses seleksi dan banyak yang berkesan narsistik.
Selain itu, sastra cyber merupakan karya sastra yang tidak dapat dikendalikan oleh kekuasaan manapun. Sifatnya yang bebas membuat jenis sastra cyber memiliki kekhasannya sendiri. Maka dari itu tidak heran jika tren sastra berubah dan lebih bervariasi.
Meskipun demikian, perkembangan sastra cyber tetap memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi para penulis dan pembaca. Dengan adanya platform-platform ini, sastra menjadi lebih mudah diakses dan dinikmati oleh banyak orang. Perkembangan teknologi juga memungkinkan para penulis untuk mengeksplorasi ide-ide baru yang lebih kreatif dan orisinal. Bahkan jika pun sastra sejenis fanfiction dan AU terus bermunculan, minat pada menulis masih patut diacungi jempol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H