Kita seringkali membicarakan kelak,
sebagai harap dan semoga atas nama doa.
Namun waktu telah menyajikan
sebuah kini sebagai realita-realita
yang harus diterima kepala.
Kita pernah menyambut pagi bersama,
sebelum malamnya saling menengadahkan tangan
pada sang Kuasa.
Kita meneduhkan terik yang teramat
dengan tawa dan sabit bulan