Lihat ke Halaman Asli

Solusi di Balik Polemik Ekonomi Pasca Covid-19

Diperbarui: 15 Maret 2022   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama   : Arini Afidatul Azkiya

Mahasiswa Sosiologi FIS UNJ

Solusi dibalik Polemik Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19

Pandemi/pandemik merupakan tingkat atau volume penyebaran suatu penyakit yang termasuk paling tinggi. Penyakit ini dapat dikatakan peristiwa pandemik apabila sudah menyebar secara global dengan tingkat infeksi tinggi. Pandemi virus corona (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Sejak tahun 2020 Pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia, dan Indonesia termasuk kedalam negara yang terkena virus tersebut, Pandemi COVID-19 berkembang secara cepat sehingga banyak negara yang tidak siap untuk melakukan adaptasi. Sejak awal, WHO telah menyarankan untuk memfokuskan penanganan pandemi dalam aspek kesehatan, menggunakan isolasi daerah dan pelarangan kegiatan yang melibatkan kerumunan. Tetapi demikian, bagi beberapa negara hal tersebut tidak dilakukan karena meragukan pandemi COVID-19 akan berlangsung untuk waktu yang cukup lama (Setiati & Azwar, 2020)

Indonesia berjuang melawan Covid-19 menggunakan modifikasi kebijakan karantina daerah (lockdown) menjadi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bersifat lokal sesuai tingkat keparahan di daerah provinsi, kabupaten, atau kota. Di Indonesia, kasus pertama COVID-19 terjadi pada bulan Maret 2020 di Kota Depok, Jawa Barat. Setelahnya, penyebaran COVID-19 terjadi secara cepat hingga dalam kurun waktu satu bulan, jumlah infeksi COVID19 mencapai lebih dari 1.500 kasus dengan jumlah kematian mencapai 139 orang. Hingga akhir bulan Maret 2021, jumlah konfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia mencapai lebih dari 1,3 juta orang dengan jumlah kematian lebih dari 40 ribu orang (COVID-19.go.id, 2021). Dengan jumlah tersebut, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara dengan kasus positif COVID-19 terbanyak (WHO, 2020).

Pandemi tersebut tidak hanya memberikan dampak langsung dalam aspek kesehatan, melainkan aspek kehidupan lainnya, seperti aspek ekonomi dan sosial. Kebijakan pembatasan sosial dan karantina wilayah berpotensi membatasi masyarakat dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, sehingga sirkulasi barang dan jasa menjadi terhambat. Kondisi tersebut terjadi dalam waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi di wilayah yang mengalami pandemi COVID-19.

Pemerintah dan lembaga kajian strategis memprediksi Indonesia tumbuh rendah atau bahkan negatif di tahun 2020. Maka dari itu, Pemerintah berupaya membuat kebijakan Normal Baru agar dampak ekonomi akibat pandemi tidak sampai menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Kebijakan ini berhubungan dengan perencanaan pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan program, target, dan major projects di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemerintah perlu melakukan penelaahan kembali terhadap rencana jangka menengah mengingat pada tahun 2020 semua program dilakukan pengalihan fokus untuk penanganan Covid-19.

Dampak Akibat Adanya Pandemi Covid 19

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang cukup signifikan dalam penurunan kualitas hidup manusia dalam berbagai aspek, baik fisik, psikologis, maupun lingkungan. Dampak langsung dari pandemi COVID-19 terjadi di aspek kesehatan. Selain memberikan dampak di bidang kesehatan, pandemi COVID-19 juga memberikan dampak yang besar di segala aspek kehidupan. Namun demikian, dampak yang cukup dirasakan adalah dampak dalam bidang ekonomi. McKibbin & Fernando (2020) menyatakan bahwa seluruh negara yang mengalami pandemi COVID-19 akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dengan tingkat yang berbeda, bergantung pada kebijakan yang dijalankan dan jumlah penduduk. Perlambatan ekonomi pada masa pandemi COVID-19 utamanya disebabkan oleh perubahan penyaluran dan permintaan akan barang dan jasa karena kebijakan pembatasan aktivitas yang dijalankan. Chaplyuk et al. (2021) menambahkan bahwa di tahun 2020, ekonomi global diprediksi akan terkoreksi hingga -3%, namun akan meningkat kembali sekitar 5,8% di tahun 2021. Selain itu, negara berkembang diperkirakan akan mengalami dampak ekonomi yang lebih nyata dibandingkan negara maju. Dr. R. Stevanus C. Handoko S.Kom., MM anggota DPRD DIY yang juga menjadi pengamat kebijakan publik dan pelaku bisnis, menyampaikan minimal ada 5 dampak besar pandemi Covid-19 bagi perekonomian nasional:

  • Dampak yang sangat terasa dan mudah sekali dilihat adalah melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli masyarakat secara luas. Hingga saat ini, masyarakat mengalami penurunan daya beli yang sangat signifikan. PPKM yang terus berlanjut dengan berbagai aturan pengetatan menghambat masyarakat untuk beraktifitas ekonomi. Regulasi pengetatan diberbagai sektor dari aturan PPKM memberikan pengaruh terhadap naik turunnya sektor ekonomi.
  • Dampak yang sangat terlihat sebagai bagian tidak terpisahkan dari ekonomi nasional adalah menurunnya angka Investasi diberbagai sektor usaha. Ketidakpastian akibat pandemic mengakibatkan banyak masyarakat ragu untuk memulai investasi, pengusaha pun demikian. Ada keraguan apakah investasi yang dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Keraguan berinvestasi mengakibatkan dunia usaha tidak bergerak seperti yang diharapkan..
  • Pelemahan ekonomi daerah dan nasional. Penurunan penerimaan pajak, perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dan nasional dikala pandemic. Tekanan penerimaan sektor pajak mempengaruhi pendapatan yang diterima pemerintah sehingga cukup menghampat pendanaan program yang sudah direncanakan. Kondisi pandemic yang menuntut adanya pembatasan mobilitas dan aktivitas mendorong juga adanya realokasi anggaran dan refocusing anggaran selain didasari adanya tekanan pendapatan yang tidak sesuai dengan proyeksi sebelumnya.
  • Dampak pergeseran pola bisnis dan penerapan bisnis model yang tidak biasa.
    Pembatasan akses mobilitas masyarakat untuk bertemu dalam berbagai kegiatan termasuk didalamnya kegiatan bisnis/ekonomi mengakibatkan tumbuhnya pergeseran bisnis model yang ada saat ini. Shifting ekonomi konvensional yang dahulu diprediksikan masih membutuhkan waktu untuk implementasi dimasyarakat ternyata dalam kondisi pandemik seperti saat ini, semua pihak dituntut untuk beradaptasi dengan bisnis model yang baru.
  • Dampak kelima yang cukup signifikan adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Pandemik covid-19 mendorong semua orang untuk tidak lagi beraktivitas secara konvensional. Pembatasan pertemuan, pembatasan aktivitas berkerumun menjadi pemicu perlu adanya inovasi dengan pemanfaatan teknologi. Teknologi informasi dan komunikasi menjadi jembatan bagi semua pihak untuk terus dapat bertahan dalam berbagai kondisi. Adaptasi dan implementasi teknologi informasi dan komunikasi di sektor ekonomi sudah tidak bisa dihindari. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak hanya dimonopoli oleh kalangan tertentu atau pengusaha kelas atas, namun sudah menjadi kebutuhan semua kalangan saat ini.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diharapkan mampu memberikan terobosan untuk dapat memberikan solusi agar kemampuan daya beli masyarakat tetap dapat bertahan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerangkan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah. Ia bilang, dalam setiap langkah yang pemerintah ambil tersebut selalu mempertimbangkan aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan. Langkah pertama, program exit strategy yaitu pembukaan ekonomi secara bertahap menuju tatanan kenormalan baru. Kedua, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Ketiga, reset dan transformasi ekonomi.

Salah  satu  solusi untuk  memperkuat  perekonomian  rakyat  adalah  dengan  memakai  produk dalam negeri. Berikut manfaat penggunaan produk dalam negeri:

  • Meningkatkan pendapatan negara (devisa). Pendapatan  negara  kita  pastinya  akan  meningkat  apabila  kita  telah  melakukan ekspor  atau  penjualan  ke  luar  negeri.  Maka  dari  itu,  uang  yang  kita  dapat  dalam bentuk  dollar  otomatis  akan  kita tukarkan  ke  bank  dan  secara  tidak  langsung menambah cadangan devisa bagi negara ini.
  • Memeperluas lapangan pekerjaan Dampak  nyata  dan  sangat  menguntungkan  berikutnya  adalah  lapangan  pekerjaan yang  semakin  bertambah.  Karena  jika  penjualan  produk  asli  Indonesia  meningkat akan  memperbanyak  jumlah  produksi  yang  mana  pastinya  akan  membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak lagi.
  • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
  • Kesejahteraan   masyarakat   otomatis   akan   meningkat   apabila   semakin   banyak masyarakat yang memiliki pekerjaan. Angka kemiskinan di negara ini juga otomatis akan menurun apabila kita selalu menggunakan produk asli Indonesia.
  • Meningkatkan kualitas produksi Apabila suatu  industrilokal  berkembang  tentunya  mereka  akan  meningkatkan kualitas  dari  produk  mereka,biasanya  para  produsen  akan  berfikir  ulang.  Jika penjualan mereka  sudah  baik  maka  tahap  selanjutnya  yaitu  peningkatan  kualitas produk  mereka.  Hal  ini  biasanya  mereka  lakukan  untuk  bersaing  dengan  produk luar  yang  katanya  jauh  lebih  baikdari  produk  lokal.Untuk  itu  mereka  akan memproduksi  dengan  kualitas  yang  lebih  baik  lagi  agar  bisa  bersaing  dan  bisa masuk ke pasar Internasional.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline