Lihat ke Halaman Asli

Istri dan Sayatan

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di pagi yang dingin aku terbangun dari tidur manisku. Ku buka tirai jendela kamar ku, eeem indaaah sekali. Terlihat jendela kamarku sedikit lembab oleh embun. “oh embun pagi, bolehkah aku menuliskan suatu pertanyaan di jendela kamarku yang sedikit lembab olehmu?” tanyaku pada embun pagi. Lalu aku menuliskan “ya Allah kapan kah adik ku akan lahir dan hadir di dunia ini?” setelah menuliskan itu aku baru menyadari bahwa mobil ayah ku tidak terlihat berparkir di depan rumah seperti biasanya. “Kemana ayah dan ibuku, kenapa aku tidak di ajak?” aku mulai menangis. Saat itu aku baru berusia 4 tahun.

“Dek, ayah mengantar ibu ke rumah sakit. Akan ada bayi mungil yang hadir di tengah-tengah kita” Kata kakak ku. “yee akan tambah rame rumah kita kak” jawabku kegirangan. “Yaudah kita tunggu saja ayah dan ibu pulang bersama bayi mungil..” ucap kakak ku.

Ketika di rumah sakit ayah ku sangat panik melihat segala apa yang sedang di alami ibuku. Darah, teriakan, kesakitan itu semua membuat miris hati ayah. ayah hanya dapat berdoa saat itu untuk keselamatan ibu dan bayi mungil, adikku..

Kecemasan ayahku yang berjam-jam kini sudah mulai tergeserkan. Tapi ayah bingung dan khawatir kenapa adik bayi di tempatkan di ingkubator. “Dokter, ada apa dengan bayi saya sehingga dia di tempatkan di ingkubator?” tanya ayahku. “jadi begini pak, tadi sewaktu istri anda masuk dalam ruang bersalin, ternyata ada suatu hal yang mengharuskan istri anda untuk tidak melakukan persalinan normal. Jadi kami langsung mengambil tindakan dengan operasi caesar. Dikarenakan posisi bayi anda yang malang, tangannya keluar duluan. Jadi sangat tidak mungkin untuk melakukan persalinan secara normal. Kemudian kenapa bayi anda di tempatkan di ingkubator, karena tangannya yang keluar tadi terjepit sehingga menyebabkan peredaran darah itu terhambat jadinya terjadi pembengkakan di tangan bayi anda yang mengaharuskan si bayi berada di ingkubator untuk sementara waktu” Jawab pak dokter.

“owh iya, memang istri saya perutnya pernah terbentur oleh sumur ketika istri saya mau membenarkan posisi timba di sumur. Kemudian juga pernah terpeleset ketika mengepel rumah. Mungkin itu yang menyebabkan posisi bayi saya malang. Kemudian bagaimana keadaan istri saya dok?” tanya ayah khawatir. “owh benar terbentur dan terpelesat memeng dapat menyebabkan posisi bayi malang, jika tidak segera mendapat tindakan cepat. Istri anda Alhamdulillah selamat, maaf mungkin setelah obat bius nya habis istri anda akan merasakan panas yang amat sangat pada area bekas operasi, dikarenakan luka sayatan yang dilakukan saat operasi tadi”. Jawab pak dokter.

“Ya Allah begitu berat perjuangan ibu melahirkan. Sungguh luar biasa.. rasanya sungguh tidak sanggup mendengar kata sayatan” Gumam ayah dalam hati. “Silakan bapak boleh melihat keadaan istri bapak”. Ucap pak dokter. Seketika itu ayah langsung berlari ke kamar rawat ibu. Di situ ayah merasa sangat tidak tega melihat ibu kesakitan di bagian perut bekas operasi. Ayah selalu berusaha mencari cara untuk meredakan rasa sakit ibu dengan sesekali mengajak ibu melihat adek bayi disaat sakitnya sudah sedikit tak terasa, agar ibu dapat tersenyum melihat adek bayi yang mungil. Mungkin itu dapat melepas kesakitan ibu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline