Lihat ke Halaman Asli

ARINDA ROSA SARAGIH

Mahasiswi FEB Universitas Tanjungpura

Gambaran Kehidupan Keluarga Kecil Penerima Bansos

Diperbarui: 17 Mei 2024   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Desa Tanjung Hilir Kecamatan Pontianak Hilir terdapat sebuah keluarga yang dimana kami berkesempatan untuk mewawancarainya, yaitu keluarga Bapak Saleh yang berusia 52 tahun. Dengan bertemu langsung di rumah beliau kami berbincang cukup lama dan mendalam. Karena latar belakang pendidikannya hanya sebatas Sekolah Dasar, membuat Pak Saleh sulit untuk menemukan pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Meskipun demikian, Pak Saleh memiliki keterampilan dasar yaitu memperbaiki instalasi listrik dan alat elektronik, sehingga akhirnya beliau memanfaatkan keterampilannya tersebut untuk mendapatkan sebuah penghasilan. Beliau menerima panggilan tetangga atau warga disekitarnya untuk membantu memperbaiki instalasi listrik ataupun alat elektronik yang rusak dengan balasan menerima upah jasa dari bantuan yang ia berikan. Memiliki pekerjaan yang seperti itu, tentu saja membuat pendapatan yang ia peroleh tidak bisa dipastikan. Kadang kala dalam sehari ia menerima panggilan dua sampai tiga rumah, namun sering pula dalam beberapa hari tidak ada panggilan sama sekali. Tarif jasa yang ia diberikan pun tidak menentu, mulai dari Rp30.000 sampai Rp100.000 saja untuk satu kali perbaikan tergantung dari kesulitan yang ia hadapi.

Bapak Saleh memiliki seorang Istri yang tengah menderita penyakit struk kurang lebih selama 3 tahun terakhir dan hanya bisa terbaring di tempat tidur. Oleh karenanya segala pekerjaan rumah dilakukan oleh Pak saleh dan putri tunggalnya dan secara bergiliran mengurus keperluan Istrinya. Putri Pak Saleh sendiri masih duduk di bangku kelas 6 SD (Sekolah Dasar). Berbeda dengan anak seusianya, karena memiliki ibu yang hanya bisa berbaring di tempat tidur membuat ia harus belajar memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya untuk menggantikan sang ibu.

Keluarga Bapak Saleh ini tinggal dengan menumpang di rumah orang tua sang istri yang telah meninggal, yang dimana rumah tersebut juga didiami oleh saudari dari istri Pak Saleh, Sehingga didalam rumah tersebut terdapat dua Kartu Keluarga yang hidup bersama.

Dengan kondisi rumah sederhana yang memiliki luas 6 x 18 meter persegi dimana memiliki 7 buah ruangan dengan kamar mandi dan WC di dalam rumah dan luas lahan rumah yaitu 7 x 20 meter persegi. Dengan dinding yang sebagian berbahan tembok, berbahan triplek dan sebagiannya lagi berbahan papan. Atap rumah Pak Saleh yaitu berbahan seng yang dimana sudah berkarat sehingga dibeberapa titik ada yang bocor. Sementara untuk lantai rumahnya sebagian berbahan keramik untuk bagian ruang tamu dan sebagiannya lagi berbahan semen untuk ruang tengah, kamar dan dapur. Sumber air yang digunakan untuk keperluan minum, mandi dan mencuci yaitu hanya dapat mengharapkan adanya curah air hujan yang ditampung di belong air. Serta jenis penerangan yang digunakan di dalam rumah Pak Saleh ini yaitu listrik PLN dengan kekuatan listrik 450 watt.

Kemudian aset yang dimiliki keluarga Pak Saleh yaitu satu buah sepeda motor untuk mendukung mobilitasnya, satu buah kipas angin, satu buah lemari es, lemari pakaian, kompor dan gas, kursi dan meja tamu, rice cooker dan satu buah handphone.  

Dengan bekerja sebagai tukang servis instalasi listrik dan elektronik yang dimana penghasilannya tidak menentu yaitu hanya sekitar Rp500.000-Rp1.000.000 per bulan. Jika hanya mengharapkan pendapatan dari Pak Saleh tentu tidak cukup untuk mengimbangi pengeluaran mereka untuk kebutuhan sehari-hari yaitu sekitar Rp50.000-Rp100.000 per harinya dengan volume makan 2-3 kali perhari. Hal ini membuat keadaan keluarga Pak Saleh ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. 

Oleh karenanya ketua RT setempat berusaha mendaftarkan keluarga Bapak Saleh sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Diantara PKH yang diterima yaitu berupa Bantuan Langsung Tunai sebesar Rp600.000 per tiga bulan. Selain itu mereka juga mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) berupa beras 10 kg, telur 1 kg, kentang ½ kg, ayam potong 1 kg dan minyak goreng 1 liter untuk per bulannya. Namun sejak tahun 2024 ini, BPNT yang mereka terima sudah dialihkan menjadi bentuk uang tunai sebesar Rp200.000 untuk tiap bulannya. Bantuan uang tunai yang mereka terima itu akan di transfer langsung ke rekening beliau. Berdasarkan pengakuan Pak Saleh, bantuan sosial yang mereka terima kadang tepat waktu yaitu di awal bulan, namun tidak jarang pula terlambat yaitu pada pertengahan bulan atau bahkan hingga akhir bulan. Selain itu. Keluarga Pak saleh juga mendapat bantuan PKH anak sekolah, yang dimana mereka akan menerima bantuan dana dari pemerintah sebesar Rp600.000 untuk setiap tahun ajaran baru. Kemudian mereka juga mendapatkan bantuan KIS (Kartu Indonesia Sehat) yang dapat digunakan untuk membawa sang istri dan keluarga berobat Ke Puskesmas atau Rumah Sakit secara gratis. Dengan adanya bantuan yang diberikan pemerintah ini, tentu sangat membantu keadaan perekonomian keluarga dari Pak Saleh ini untuk menjadi lebih baik lagi terutama dalam bidang kesehatan sangat membantu Istri Pak Saleh.

(Wawancara dan observasi mendalam dilaksanakan pada Februari 2024)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline