Terkapar rasanya. Memandang rintih
semut-semut lungkrah meratapi,
seluruh keluh kesah. Sebab kopi susah dicari,
sayur mayur juga padi pun termanyun.
Apa inikah nama belantara?
Kini kaukatakan cinta, perjuangkan
rimbunnya persatuan pemuda. Meski masih keras
menimpa hak-hak, makanan basi,
air tak terjangkau jernih.
Tapi getir ragaku, menanggalkan nasib negeri.
Pernah ada belenggu, pemaksaan,