Lihat ke Halaman Asli

Katak kecil

di emper pondok ar-Rohman

Puisi "Menghirup Riwayat Negeri"

Diperbarui: 23 Juli 2021   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis berpuisi

Terkapar rasanya. Memandang rintih 

semut-semut lungkrah meratapi,

 seluruh keluh kesah. Sebab kopi susah dicari, 

sayur mayur juga padi pun termanyun. 

Apa inikah nama belantara? 

Kini kaukatakan cinta, perjuangkan 

rimbunnya persatuan pemuda. Meski masih keras 

menimpa hak-hak, makanan basi, 

air tak terjangkau jernih. 

Tapi getir ragaku, menanggalkan nasib negeri. 

Pernah ada belenggu, pemaksaan, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline