Mengapa hatimu tetap diam?
Aku melirik, menatap pelan
berkedip, menengadah
menuai setitik harapan
pada baiknya hatimu
Mengapa hatimu tetap diam?
Andai kau tau
bahwasannya diriku ini
sungguh tak tahan lagi
kerinduan pun bersemayam
dalam lubuk mata hati
Mengapa hatimu tetap diam?
Kurasa
semakin jauh langkahku
makin keras bergetar
Menyorot pada satu titik
dimana nampaklah
sebuah rasa mengibrah, amat kuat
Menyebak lembut,
memenuhi puncak dari jiwa
Detik demi detik
rerintihan kuat
semakin menyala
Mengguyur sekujur tubuh
seakan sel-sel tubuh gap tertarik
atas perihal uswah itu
Sayang,
Dua puluh menit telah berlalu,
Tak se-pinta pun menyorot
Dalam logat diam
ku menunduk, seakan-akan
terbang menjauh pasalan itu
Mengapa hatimu tetap diam?
Oh, ku kira sekarang
hati dan rasa syukur ini
perlu diluaskan
#diammusemogamembaik:))
Tulisan lama [NyeratSekedik]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H