Lihat ke Halaman Asli

Katak kecil

di emper pondok ar-Rohman

Puisi "Dolar Pembela Nasib"

Diperbarui: 3 Februari 2022   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Sekilauan pucuk bunga melati merimba
Merujuk, menenangkan sebahagian dunia
Polesan akan tinta biru mengistilahkan
Segalanya pasalan kisah perjuangan
Tuk maneka lirik kehidupan

Negeri merah putih ku kini
Kokoh pancasila mengibrahkan
Sedalam rerintihan jiwa terkasih
Melangkah kian mendayu
Mengharap segenap nyawa gap melengku

Dua atau tiga sepihak
Mewarna, meniakkan rasa bahagia
Kunjung menikmati sang ananda
Mendiaskan secercah biru mewangi
Menuliskan jejak mengiang dalam hati

Lorong-lorong menanti
Pada penghujung ditutupnya hari
Sekejap diri ini berjuang mengasa
Seakan melemah, selelahnya jiwa
Demi selembar dollar pembela nasib

Kisah malam
Jalanan pun meronta ingin diwetapkan
Namun diantara ribuan rentetan inilah
Nasibku hanya ternilai sereceh dollar

Mendengkur kami
Kuat adanya seolah membisu
Yang segaja tuk membalikkan batu
Dalam gelimang hal dinamika
Tak pernah merasakan pasalan kami

"Heiii kamu"
Teriak seorang di tanah atas
"Ku yakin nasibku terujung pilu..."
Lagaknya melengkur, nampak lenceng
"Bercerminlah... Kau itu orang lemah"

Gelap mendiam diri ini, karna
Begitulah inti penghujung nikmat
Permainan, sekedar senda gurau
Lalu serial pilihan hidup
Tatkala berubah tuk mengubah

Bukanlah keresahan bagaimana dollarmu
Sebab dollar jauh penentu baiknya hidup
Hanyalah bagai tanda alam raya
Sewaktu menghilang, isakkan kenangan
Tak akan jadi citra umat manusia

Dan satu langkah tlah menerka
Satu gerak menyuapkan artinya
Sekali dan yang akhir
Tetapkan tuk menderu berbagai kemungkinan itu
Jadilah dirimu, jangan pertaruhkan dollarmu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline