Lihat ke Halaman Asli

Arinda Eka Savitri

Libatkan Allah SWT dalam setiap langkahmu

Aliran Perenialisme dan Pemikiran Tokoh-tokohnya dalam Filsafat Pendidikan

Diperbarui: 20 Mei 2020   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Assalamu'alaikum kawan, kali ini saya akan berbagi sedikit pengetahuan tentang perennialisme. Silahkan dibaca dan dipahami ya!

-Pengertian perennialisme
Secara bahasa, perennialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Dalam pengertian yang lebih umum dapat dikatakan bahwa perennialisme merupakan tradisi yang dipandang sebagai prinsip-prinsip yang abadi dan terus mengalir sepanjang sejarah manusia. Dengan demikian, esensi kepercayaan filsafat perennial berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Dalam hal pendidikan, aliran perennialisme ini beranggapan bahwa pendidikan harus didasarkan oleh nilai-nilai cultural masa lampau. Perennialisme dapat dikenali dengan mudah karena memiliki kekhasan, antara lain:
1. Perennialisme mengambil jalan regresif, yaitu kembali kepada nilai dan prinsip dasar yang menjiwai pendidikan pada masa Yunani Kuno dan Abad Pertengahan.
2. Perennialisme beranggapan bahwa realita itu mengandung tujuan.
3. Perennialisme beranggapan bahwa
belajar adalah latihan dan disiplin
mental.
4. Perennialisme beranggapan bahwa kenyataan tertinggi itu berada di balik alam, penuh kedamaian, dan transcendental.
Dengan demikian, aliran prennialisme ini menginginkan bahwa zaman terdahulu (lampau) tetap dipertahankan dan diabadikan karena zaman modern banyak membawa manusia pada kerusakan.
-Pemikiran tokoh-tokoh Perennialisme
1. Robert Maynard Hutchins
Ia merupakan seorang tokoh filsafat pendidikan yang berasal dari Amerika. Ia lahir pada tanggal 17 Januari 1899. Pada tahun 1945- 1951 di usia 30 tahun ia menjadi presiden termuda di universitas Chicago. Ia merupakan juru bicara di dalam aliran perennialisme. Ia beranggapan bahwa pendidikan harus menumbuhkan kecerdasan dan pengembangan. Jadi tujuan dari pendidikan adalah harus mengembangkan kekuatan pikirannya. Karena pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang selalu mengembangkan daya intelektual dari dalam diri manusia itu sendiri. Ia percaya bahwa membaca dan membahas buku merupakan cara untuk mengembangkan daya intelektual manusia. Ia menekankan bahwa pendidikan harus bersifat universal karena hakikat manusia adalah universal. Ia juga mengemukakan bahwa "Pendidikan mengimplikasikan pengajaran dan pengajaran mengimplikasikan pengetahuan.
2. Ortimer Adler
Menurutnya pendidikan merupakan sebuah proses, dimana semua kemampuan dan bakat manusia dipengaruhi dengan pembiasaan kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mengoptimalkan seluruh kemampuan dan bakat yang dimiliki manusia dengan cara melakukan pembiasaan, latihan dan praktek yang berkesinambungan. Ia juga mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses mencetak kepribadian manusia   menjadi lebih optimal dan lebih baik dengan mengembangkan potensi dan bakat yang dimilikinya dengan semaksimal mungkin.

Semoga bermanfaat bagi kita semua, terimakasih.
Wassalamualaikum kawan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline