Menyantap aneka makanan yang lezatos, shopping, menikmati panorama alam yang eksotis, merasakan sejuknya udara yang senantiasa membelai lembut kulit, menjadi impian yang membuat orang berkunjung ke bumi Parahyangan.
Menjelajahi jalan Dago, shopping product branded di jalan Riau dan Cihampelas, hunting product pasaran di Gasibu dan Pasar baru, menikmati enaknya brownies fresh from the oven, berburu sepatu di Cibaduyut, jogging di Sabuga, touring ke Lembang dan berburu strawberi langsung dari kebunnya, hingga menikmati lukisan di sepanjang jalan Braga adalah deretan aktivitas yang sering saya tekuni di kota kembang ini. Dalam waktu singkat, saya langsung akrab dengan kota ini.
Dalam suatu moment long weekend di bulan April 2010 saya ditawarkan oleh seorang sahabat untuk menjadi guide bagi siswa dan cekgu (sebutan untuk guru dalam bahasa Malaysia) yang berasal dari negeri Jiran. Saya yang hobbi travelling tentunya menyambut baik tawaran ini. Bertemu orang-orang baru, mengunjungi banyak tempat, mengikuti berbagai rangkaian acara pagelaran seni, dan makan di berbagai tempat makan yang terjamin kelezatannya tanpa harus bayar satu sen pun tentu menjadi motivasi tersendiri di samping mendapatkan fee sebagai pemandu. Wahserasa dapat jackpot di tengah weekendyang bertepatan dengan akhir bulan hehehe.
Rundown kegiatan para tamu tersebut diatur sedemikian rupa oleh teman saya yang notabenenya adalah ketua tim dari lawatan tersebut. Dari sana tentu saya berkesempatan untuk mencari beberapa literatur agar mengenal tempat-tempat destinasinya secara lebih baik. Walau starting dari early morning hingga jam 11 malam, rasa lelah dan bosan tak kunjung menghinggapi diri ini. Dari perjalanan ini saya mengenal tempat-tempat baru yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi bahkan belum pernah saya dengar hehehe.
Tempat itu adalah SAUNG ANGKLUNG UDJO. Saya sama sekali belum pernah mendengar tempat ini seumur hidup saya. Literatur yang saya dapatkan mengenai Saung Angklung Udjo membuat saya sangat antusias untuk segera mengunjunginya. Namun sesampai saya di Saung Angklung Udjo, saya justru tidak mampu bertutur banyak hal. Bukannya memandu para murid dan guru yang saya bawa, saya justru terpukau oleh tempat ini. Oh ya, apakah anda sudah pernah berkunjung ke Saung Angklung Udjo? Bagi yang belum, jangan khawatir, saya akan berbagi cerita seputar Saung Angklung Udjo.
Saung Udjo beralamat di Jalan Padasuka No. 118 Bandung. Di sini kita akan dimanjakan oleh indahnya alunan harmoni angklung dan budaya sunda yang sangat kental. Untuk menikmati pertunjukan di Saung Udjo, kita akan dikenakan insert. Di sini, insert untuk wisatawan lokal berbeda dengan wisatawan asing. Waktu saya berkunjung pertama kali, tahun 2010 biaya masuk untuk wisatawan lokal adalah Rp. 40.000,- per orang dan Rp. 70.000,- untuk wisatawan asing. Saung Angklung Udjo lebih ramai dikunjungi oleh wisatawan asing, jadi jangan kaget nantinya kalau anda menemukan banyaknya turis yang berasal dari berbagai negara di penjuru dunia.
Saat masuk saung, kita akan disambut oleh dengan hangat dan kita akan diberikan cendera mata berupa angklung mini yang dapat dikalungkan. Inilah yang dijadikan sebagai ID yang menandakan bahwa kita masuk secara resmi (legal). Gambarnya kalungnya yakni seperti di bawah ini :
sumber gambar : www.doddey.wordpress.com
Berikutnya kita akan dapat melihat berbagai pernak pernik angklung yang diinterpretasikan dalam bentuk mainan kunci, T-shirt, tas, aneka pajangan, CD, stiker, dan alat musik angklung sungguhan. Semua ini dapat kita beli di sini. Berikutnya kita juga dapat menikmati makanan khas sunda.
Tepat pada pukul di 15.30 WIB pertunjukan musik angklung akan dimulai. Kita akan diarahkan menuju tempat pagelaran yang dikelilingi oleh pohon bambu.
Pertunjukan seni angklung ini di pandu oleh seorang MC dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Beberapa kesenian yang disajikan adalah :
1. Pertunjukan dimulai dengan menampilkan demonstrasi wayang golek khas sunda, yaitu pementasan sandiwara boneka kayu yang menyerupai badan manusia lengkap dengan kostumnya.
sumber gambar : www.flytojihansky.blogspot.com
2. Upacara haleran, yakni upacara untuk mengiringi upacara tradisional khitanan maupun pada saat upacara panen padi
3. Pertunjukan tari tradisional seperti tari topeng dan tari merak.
4. Pertunjukan Calung, instrumen musik bambu yang dimainkan dengan cara dipukul berlaras pelog atau salendro, biasanya dimainkan olehempat atau lima orang. Calung dimainkan sambil berkelakar, bernyanyi, dan menari.
5. Pertunjukan Arumba, yakni alat musik tradisional terbuat dari bambu bertangga nada diatonis, dengan tetap menghasilkan nada yang harmonis dan dinamis. Arumba adalah singkatan dari A untuk Alunan, Rum untuk Rumpun, dan Ba untuk Bambu. Jadi Arumba adalah alunan rumpun bambu.
6. Pertunjukan musik dengan menggunakan angklung mini di mainkan oleh anak-anak dengan membawakan lagu anak-anak pula, seperti lagu “melati kenanga”, “the song of do re mi”, “burung kakak tua”. Di sini kita akan diajak untuk bernyanyi bersama. Teks lagupun disediakan di leaflet yang dibagikan ketika kita masuk Saung.
7. Angklung Padaeng atau dikenal juga dengan istilah angklung do re mi. Pada moment ini kita akan diajak bernyanyi bersama dengan panduan dari MC. Lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang sangat familiar di dunia, seperti lagu “I cant help falling in love with you”.
Pada sesi ini seluruh pengunjung akan diberikan satu buah angklung (satu orang bertanggung jawab hanya untuk satu not dasar) untuk kemudian memainkan angklung secara bersama-sama. Dengan arahan dari MC dan kerjasama yang baik dari para pengunjung, alunan harmoni angklungpun tercipta dengan segera. Dengan sendirinya terbangun ikatan emosional yang baik antara penonton dengan angklung, sehingga kita langsung bernyanyi bersama, memainkan musik bersama, dan tertawa bersama.
8. Angklung Orkestra, yakni pertunjukan angklung yang dikombinasikan dengan permainan alat musik lain seperti gitar, perkusi, dan sebagainya.
9. Angklung Jaipong, yakni penampilan tarian Jaipong dengan musik angklung.
10. Menari Bersama. Pada penghujung pertunjukan (penutup) kita anak-anak didik saung udjo yang tadi memberikan pertunjukan akan berlari ke arah penonton. Mereka dengan ramah meraih tangan kita dan mengajak kita ke tempat pertunjukan untuk menari bersama. Kemudian dengan iringan musik angklung akan dinyanyikan berbagai lagu daerah dari Aceh, Sumatera Barat, Jakarta, Jawa, hingga Irian. Di sinilah kita bermain, bernyanyi, dan saling tertawa bersama. Pengunjung benar-benar berbaur dengan anak-anak sanggar Saung Angklung Udjo. Selesai menari bersama, biasanya berikutnya adalah sesi foto bersama. Anak sanggar yang paling imut biasanya akan menjadi tokoh idola yang paling banyak diminta oleh penonton untuk sekedar mencubit pipinya, mencandainya, dan berfoto bersama.
Angklung adalah sebuah alat musik yang memiliki sifat "Mudah, Murah, Mendidik, Menarik, Masal, dan Meriah". Saya yang sebelumnya tidak pernah mengenal angklung justru merinding dan merasa damai sekali ketika mendengarkan alunan melodi yang dihasilkan dari alat musik ini. Di sini saya pertama kali mengenal angklung dan saya jatuh cinta pada alat musik ini sejak alunan pertamanya. It so simple tapi sungguh menawan dan elegan. Di sinilah saya benar-benar melihat harmoni budaya dan alam secara alami. Sejalan dengan motto Saung Angklung Udjo yakni “Nature, Culture in harmony”.
Saung Angklung Udjo mampu mengemas dan mengintrepretasikan musik angklung dengan apik dan memukau. Di sini kita bisa mendengarkan bahkan langsung jatuh cinta. Saung Udjo yang didirikan oleh Mang Udjo. Beliau mempelajari budaya sunda sejak kecil. Hal hasil beliau dapat mengenali budaya Sunda dengan baik sehingga menumbuhkan rasa cinta. Rasa cintanya yang besar terhadap kebudayaan Sunda menjadi motivasi beliau untuk terus memelihara dan mengembangkannya.
Saung Angklung Udjo adalah laboratorium yang menjadi tempat bagi anak-anak untuk belajar kesenian Sunda dan di tempat ini juga diproduksi alat musik angklung dan lainnya yang berbahan dasar bambu. Anak-anak yang belajar di Saung Angklung Udjo tidak saja sekedar diajarkan memainkan musik tapi juga berbahasa. Mereka diarahkan untuk dapat berkomunikasi minimal dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Anak-anak diajarkan dengan menggunakan metode learning by doing dan semangat gotong royong serta rasa kekeluargaan. Anak-anak diberikan tanggung jawab untuk unjuk gigi di pertunjukan seni Saung Udjo. Metode ini mampu melahirkan rasa cinta terhadap kebudayaan itu sendiri. Anak-anak mampu menghasilkan pertunjukan dalam sebuah keceriaan yang tampak dari wajah yang ceria, bahkan balutan pakaian daerah yang mereka kenakan kian sempurna dengan senyuman yang tak pernah berhenti memamerkan gigi kecilnya. Ya, saya melihat anak-anak yang bermain gembira namun menghasilkan melodi yang luar biasa. Dan yang lebih luar biasa lagi adalah anak usia 2 tahun pun sudah bisa menjadi bagian dari tim kesenian dalam pertunjukan ini. Bahkan yang luar biasa adalah, Saung Angklung Udjo memiliki agenda reguler untuk melakukan pertunjukan di berbagai negara di Dunia. Dan pemain Angklung yang diikutsertakan tidak lain adalah siswa Saung Udjo.
Saung Udjo tak semata mempromosikan angklung di Indonesia, melainkan terus melebarkan sayap hingga ke kancah internasional. Mang Udjo dan anak-anaknya mampu melestarikan angklung di tengah begitu banyaknya musik tradisional yang hilang ditelan masa. Bahkan angklung sudah tercatat sebagai salah satu warisan dunia dan angklung dipatenkan sebagai alat musik asli Indonesia. Tak berhenti di sana, Guiness Book of Record telah memberikan penhargaan terhadap Saung Angklung Udjo dengan kategori permainan angklung dengan peserta terbanyak (5.102 orang) menyajikan lagu “we are the word” yang berlangsung di National Park Mall-Washington Monument yang lokasinya menghadap Capitol Hill (Gedung Kongres AS) serta berseberangan dengan Gedung Putih.
Setiap kali saya menghirup udara kota Kembang ini, saya senantiasa menyempatkan diri mampir ke Saung Angklung Udjo. Di sini saya mendapatkan napas dan semangat baru. Rasa damai, kecintaan akan budaya, dan bangga akan budaya. Di sinilah tempat di mana anak, orang tua, sahabat, keluarga, dan komunitas dapat saling berpegangan tangan, berbagi, saling mengisi, dan saling tertawa.
So, mumpung sudah week end, jadi bagi sahabat yang mau refresh, kenapa tidak memilih Bandung sebagai tempat destinasinya. Eits, jangan lupa mampir di Saung Angklung Udjo. Ini bisa jadi destinasi liburan keluarga yang mengasikkan. Di sini anda menghabiskan waktu bersama untuk bermain musik, menari, bernyanyi, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan tradisional indonesia.
How to get there? Mari lihat panduan di bawah ini :
Kenali Negerimu, Cintai Negerimu.
Jayalah negeraku, INDONESIA satu.
Have a nice week end ^_^
**************************************
Sumber foto :
http://www.angklung-udjo.co.id
Info untuk detail Saung Angklung Udjo :
Phone : [+62 22] 727 1714 / 710 1736
Fax : [+62 22] 720 1587
Email : info@angklung-udjo.co.id
www.angklung-udjo.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H