Tak dapat dipungkiri bahwa selama setahun terakhir banyak terjadi peralihan profesi karena kondisi yang tak pasti. Hal ini mendasari beberapa orang untuk membuka jalan usaha sendiri karena lapangan kerja yang ditutup secara paksa.
Sebagian besar orang yang selama ini 'bergantung' dengan perusahaan memiliki presepsi yang berbeda dengan masyarakat yang memang sedari dulu menjadi wiraswasta.
Dalam arti, ada beberapa kesalahan yang orang-orang ini lakukan saat merintis usaha sendiri. Jika kamu salah satu orang yang ingin membuka usaha pribadi, berikut hal yang harus kamu amati.
1. Kenali minat dan bidangmu
Mengikuti permintaan pasar memanglah penting, namun jika dalam prosesnya tak diiringi kemampuan yang mumpuni karena itu 'bukan bidangmu', sebaiknya hentikan dulu. Pastikan usaha yang kamu jalankan adalah sesuatu yang memang kamu minati.
Paling tidak, kamu pernah melakukannya sekali. Misalnya kamu ingin memproduksi masker karena situasi pandemi, padahal pekerjaan yang kamu lakukan sebelumnya berada di bidang kuliner.
Mustahil bagimu untuk langsung banting setir dan melakukan apa yang bukan keahlianmu. Alih-alih mendapat pembeli, justru kesulitan baru yang akan kamu hadapi. Karena dirimu harus mengenal komponen baru yang belum pernah ditemui. Tiap proses yang dijalani karena terpaksa akan menyebabkan dirimu mudah lelah dan less productive.
2. Tentukan pasar/target
Menentukan target bisa dibilang gampang-gampang susah. Bila menargetkan anak muda untuk menjadi pasar, kamu harus membuat produk yang mereka sukai dan ingin mereka beli. Anak muda/usia remaja menyukai sesuatu yang fresh dan 'dapat dipublikasikan'.
Berdasarkan pengamatan pribadi, mereka mudah memposting sesuatu yang unik di media sosial dengan label 'Racun' atau barang yang wajib dibeli. Secara tak langsung itu menjadi promosi gratis untuk usahamu.
Begitu pula jika menargetkan kalangan dewasa sebagai pasar, jadilah problem solver atau pemecah masalah mereka. Kamu juga dapat membuat anak-anak menjadi target pasar bila keahlianmu sesuai dengan minat mereka.