Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Rinaldy

Mahasiswa UIN SATU Tulungagung

Mahasiswa Pecinta Alam?

Diperbarui: 24 Oktober 2022   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya kita tidak akan mengulas tentang cinta sih, ya walaupun yang akan kita bahas adalah tentang Pecinta Alam juga hehe. Kita harus membahas ini karena saya sendiri mempunyai pengalaman dalam hal itu, saya pernah tergabung dalam organisasi Mahasiswa Pecinta Alam di kampus tempat saya kuliah, dan mungkin saja tulisan ini tidak akan bermanfaat sama sekali hehe. Saya sekedar curhat saja, tidak memerlukan apapun dari kalian, hanya untuk dibaca saja.

Kita ulas dari kata kuncinya saja kali ya gais hehe, mengutip dari Wikipedia "cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa pun yang diinginkan objek tersebut."

Kata pecinta sendiri asalnya dari kata cinta yang mendapat imbuhan pe- yang menempel pada subjek atau pelaku, yang berarti bahwa pelaku cinta. Oke kita tambahi kata cinta itu dengan kata alam. Sebenarnya saya pribadi tertarik dengan organisasi MPA atau singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam karena unsur baik itu, bayangan saya sebelum masuk situ karena pengorbanan diri, empati, perhatian dan kasih sayang, yang semua itu memang untuk kabaikan alam.

Banyak aktifitas yang sebaiknya dilakukan orang-orang MPA sebagai bentuk cintanya terhadap alam, dan nyatanya jarang sekali kita temukan di MPA, bahkan semua MPA. Sedikit menyesal sih saya pernah masuk kesana tapi kenyataanya tidak sesuai dengan bayanganku sebelumnya hmm.

Mungkin yang sebaiknya dilakukan dan harusnya bisa dilakukan, namun itu tidak saya temukan di MPA menurutku sih banyak seperti misalnya reboisasi berkelanjutan atau bukan hanya menanam lalu pergi, tidak juga peduli bencana alam tetapi peduli alam jauh sebelum datangnya bencana, konservasi alam yang tidak hanya mengamati atau meneliti tapi konservasi alam dengan merawatnya dan melawan segala sesuatu yang kemungkinan akan merusak kelestarian alam.

Sebenarnya reboisasi itu sendiri tidak hanya sekedar menanam untuk menghijaukan ruang alam bebas atau hutan yang gundul saja, tapi seharusnya perlu adanya kelanjutannya seperti adanya tahapan-tahapan tertentu supaya tumbuhan yang kita tanam bisa hidup dengan baik di kemudian hari. tumbuhan itu biasanya masih terlalu dini untuk dibiarkan hidup di alam liar, maka dari itu perlu dibantu sampai beberapa tahapan pertumbuhannya baik.

Tahapan minimal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penanam pohon atau penghijauan adalah sampai pohon tersebut sudah bisa dikatakan sebagai pohon, tahapan itu bisa dipetakan mulai dari penyiraman, pemupukan, pemangkasan, penghilangan hama, pengamatan tentang pertumbuhannya, dan juga evaluasi jika dirasa perlu untuk mengevaluasi untuk penyiraman pemupukan pemangkasan, penghilangan hamanya.

Bicara tentang alam sebenarnya sangat memuakkan, apalagi tentang kondisi yang lini sudah memasuki tahap akhir kelestarian alam yaitu tahapan dimana bencana-bencana sudah berdatangan yang menjadi tanda bahwa alam sedang tidak baik-baik saja sehingga tidak mau lagi bersahabat dengan kita. Yang harus kita lakukan sekarang bukan hanya tentang penghijauan saja, kita harus berpartisipasi dalam melawan segala sesuatu yang kemungkinan akan merusak alam kita ini.

Seharusnya dalam agenda perlawanan ini MPA lah yang menjadi pengorganisir dan pendamping warga yang berada di beberapa wilayah karena merekalah yang memiliki kapasitas keilmuan lebih dalam pelestarian alam, warga di beberapa wilayah yang terancam akan dirusak oleh kepentingan korporasi atau bahkan kepentingan Negara yang akan mengeksploitasi wilayah tertentu. Namun seperti yang kita ketahui sampai sekarang, mereka tidak ada sama sekali di wilayah warga yang berusaha mempertahankan kelestarian alam dengan melakukan perlawanan terhadap yang merusak dan akan merusak alam.

Sedikit cerita pengalamanku yang pernah bergabung dalam MPA, kami disana memang tidak ada materi pembelajaran tentang bagaimana mempertahankan kelestarian alam dengan melakukan perlawanan terhadap yang merusak dan akan merusak alam. Kami malah sebih seringnya belajar tentang hal-hal yang bagi saya pribadi tidaklah penting sama sekali, seperti rock clambing, caving dan lain sebagainya, semua itu pun ada divisinya masing-masing dan bahkan juga ada perlombaannya yang sangat bergengsi, sehingga orang-orang di MPA belajar ekstra supaya menguasai teknik dalam divisi tersebut.

Bahkan yang lebih buruk dari hal itu adalah muncul stikma yang sangat buruk tentang MPA, stigmanya begini, "apaan sih Mapala? cuma rekreasi dengan teknik aja sok-sokan dan paling gaya tentang alam."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline