Lihat ke Halaman Asli

Arinal khukmaAdilla

Nikmat mana lagi yang kau dustakan

Penerapan Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Sastra Indonesia di MTs Muhammadiyah Ahmad Dahlan Tegal

Diperbarui: 26 Desember 2022   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis: 

Dr. Evi Chamalah, S.Pd., M.Pd. (Dosen FKIP UNISSULA) 

Arinal Khukma Adilla (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UNISSULA)

Interaksi belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik tentunya tidak terlepas dari suatu permasalahan. Kurikulum yang selalu berubah menuntut kesiapan seluruh warga sekolah untuk menghadapinya, terutama kesiapan para pendidik. Perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah pasti akan membawa masalah baru bagi dunia pendidikan. 

Karena itu, setiap perubahan mata pelajaran pasti akan dimulai dari sisi positif dan negatif, seperti perubahan kurikulum dari KTSP ke kurikulum 2013. Kurikulum 2013 untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan zaman. Konsep pengembangan kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi, namun ada penyempurnaan dari aspek penilaian dan pendekatan (Musfiqon, 2021). Pembelajaran kurikulum 2013 berpusat pada siswa, dan guru hanya sebagai fasilitator.

Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 juga harus mencerminkan apa yang dilakukan dan dipikirkan siswa, bukan apa yang dilakukan guru dalam mengajar materi. Hal baru yang berhubungan dengan kurikulum 2013 itulah mengakibatkan adanya problematika, salah satunya adalah pada pembelajaran sastra Indonesia. Pembelajaran sastra pada materi "Teks Puisi" di kelas VIII Mts Muhammadiyah Ahmad Dahlan Balapulang Tegal, sebagaimana yang telah dilakukan wawancara terhadap guru Bahasa Indonesia yang bernama Redi Pujiarto S.Pd pada tanggal 7 Desember 2022 menurut beliau pembelajaran Sastra Indonesia kelas VIII pada materi "Teks Puisi" menggunakan Kurikulum 2013.

Minimnya pengetahuan tentang sastra sangat dirasakan dijaman sekarang ini, contohnya pada pembelajaran sastra di Mts Muhammadiyah Ahmad Dahlan pada materi "Teks Puisi" dianggap kurang dapat diterima oleh para siswanya. Hal ini dikarenakan pembelajaran sastra dianggap kurang optimal dan kurang mampu menggerakkan minat siswa untuk mempelajari sastra secara utuh. Jadi, di sini guru harus bersikap tegas dan memberikan sedikit ancaman sanksi dengan tujuan agar siswa tidak seenaknya sendiri ketika mengerjakan tugas dan lain-lain. 

Selain itu, mungkin juga kurangnya pengetahuan sastra para guru itu sendiri membuat apa yang diajarkan menjadi sulit karena mereka tidak memiliki keahlian di bidang sastra. Guru hendaknya menyadari hal-hal tersebut agar guru dapat meningkatkan kualitas pengetahuan sastranya dan menciptakan inovasi pembelajaran yang menarik bagi siswa. Pengajaran sastra sebenarnya dapat dilakukan dengan hal-hal yang menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat menyerap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Namun, guru harus benar-benar tahu siapa yang akan diajar, materi apa yang akan diajarkan, dan siapa yang menjadi objek pengajaran. Selain itu, guru harus menentukan metode yang akan diajarkan dalam pembelajaran sastra. Pengajaran sastra sendiri meliputi pembelajaran tentang drama, puisi, maupun prosa.

Salah satu pengajaran materi pada Mts Muhammadiyah Ahmad Dahlan yaitu pada "Teks Puisi" guru tidak harus menyuruh siswa maju ke depan kelas dan membacakan puisi satu per satu. Guru dapat melakukan inovasi lain, seperti dengan berdiskusi dalam kelompok untuk membahas materi yang diberikan guru terkait teks puisi, yang kemudian dipresentasikan di kelas. sehingga Guru bisa melakukan evaluasi agar siswa mengetahui dimana letak kesalahannya, dan dapat dijadikan pembelajaran untuk kedepannya.

Selain itu, guru juga memberikan apresiasi kepada siswa dengan tujuan untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar karena mereka merasa bahwa usahanya dihargai. Dalam proses mengajar guru Bahasa Indonesia di Mts Muhammadiyah Ahmad Dahlan dalam proses mengajar senang menggunakan pembelajaran yang out of the box. Terkadang suka-suka sendiri, tidak selalu tegak lurus dengan kurikulum yang ada. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline