Lihat ke Halaman Asli

Catatan Hati Ananda-Belum Berbalas

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mentari masih bersembunyi di balik awan pekat yang menggantung di langit. Rinai hujan pun belumlah usai ketika Ananda mulai melangkahkan kakinya menelusuri jalan beraspal yang akan membawanya pada hamparan pasir dan birunya laut. Langkahnya yang perlahan seakan menikmati gerimis kala itu. Dia juga berharap gerimis makin lebat hingga airmata yang mulai keluar tanpa permisi sedari tadi tak terlihat oleh orang lain yang berpapasan di jalan itu.

Smartphone yang digenggam Ananda mulai basah karena gerimis yang diharapkannya turun makin lebat benar-benar hadir menemani kegundahan hatinya kala itu. Smartphone itu belumlah berdering ketika rentetan pesan sudah Ananda kirim ke sebuah nomor seseorang yang dekat dengannya. Tanda terakhir yang dilihatnya pada layar hanya centang dua. Pikiran dan hatinya berkecamuk, tetapi dia tidak ingin terus menduga-duga. Bagi Ananda, hatinya terlalu lancang jika merasa kesal karena balasan yang ia harap secepat mungkin muncul pada layar smartphone berwarna putih itu takkunjung datang.

Ada sebuah rasa yang ingin sekali Ananda bagi. Namun, Yang Mahatahu belum menginzinkan rasa itu dibagi pada seseorang yang berhasil mencuri perhatian Ananda. Dan dia akan tetap menunggu masa itu datang. Masa di mana rasa akan saling dibagi tanpa batas ruang. Masa di mana tangis dan tawa akan mengukir sebuah kisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline