Lihat ke Halaman Asli

Arina Azkia

Mahasiswa

Kedudukan Pancasila dalam Peristiwa G 30 S/PKI

Diperbarui: 9 Oktober 2022   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

“Jas Merah”, sebuah singkatan yang diucapkan oleh bapak proklamator Indonesia yaitu Ir. Soekarno. Jas merah yang mempunyai arti jangan sekali-kali melupakan sejarah. Negeri Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan penuh perjuangan para pahlawan Indonesian. Banyak peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah kemerdekaan. Walaupun sudah dinyatakan merdeka, negara Indonesia masih mengalami beberapa aksi pemberontakan.

Salah satunya yaitu pada peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965 oleh Partai Komunis Indonesia atau yang dikenal dengan peristiwa G 30 S/PKI. Sebuah peristiwa pengkhianatan terbesar terhadap bangsa Indonesia. Komunisme masih menjadi ancaman bagi negara Pancasila. G 30 S merupakan Gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu menjadi ketua dari Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunisme mengandung arti paham atau ideologi (dalam bidang politik) yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara. Jika kominisme adalah anti agama, disimpulkan bahwa mereka bukan hanya anti islam, tetapi juga anti semua agama.

Peristiwa pemberontakan G 30 S/PKI yang terjadi diindonesia pada tahun 65 itu dipelopori oleh DN Aidit (ketua dari Partai Komunis Indonesia) dan pengikutnya yang tergabung dalam PKI. Hal itu dilakukan semata mata untuk mengubah ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Partai Komunis Indonesia merupakan salah satu partai terbesar dan tertua di indondesia. Partai ini mengkomodir kalangan intelek, buruh, hingga petani.

Ir. Soekarno pernah mengatakan “Tidak ada dua bangsa yang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara berjuang sendiri-sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena itu pada hakikatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian sendiri. 

Kepribadian yang terwujud dalam berbagai hal, dalam kebudayaannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya, dan lain-lain sebagainya. Karakteristik dari bangsa Indonesia yang dimaksud oleh Ir. Soekarno adalah Pancasila. Lima sila yang menghidupkan Pancasila diambil dan disarikan dari nilai nilai luhur yang ada dan berkembang dalam diri bangasa Indonesia sendiri.

Pancasila merupakan titik tengah yang menyatukan keindonesian, dari segi bahasa, suku, ras, hingga agama. Pancasila sebagai falsafah dan norma dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan hal ini yang menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum dalam bernegara. 

Sebagai warga negara Indonesia kita harus bisa mengaplikasikan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila pada ruang nyata kewarganegaraan, kebangsaan, dan kemanuasiann yang ada dalam kehidupan Indonesia. Wujud dari pengaplikasiann tersebut seperti pembelaan melalui kebijakan, perhatian, sentuhan yang adil dan manusiawi yang secara nyata mampu mengubah menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai generasi yang hidup diera modern, seharusnya sangat mudah bagi kita untuk dapat mengikat-ingat sejarah terdahulu. Dikarenakan aspek dari globalisasi dan Teknik elektronik yang digunakan diera saat ini. Banyak sejarawan yang menjadi saksi mata atas kejadiaan dimasa lampau. Dari hal ini bisa saja kita mewawancarai  para sejarawan tersebut untuk menceritakan Kembali bagaimana proses yang terjadi kala itu. Tak harus dengan cara seperti ini, dari banyak memebaca buku pun juga bisa kita lakukan, karena banyak sejarawan yang menuliskan kisahnya lewat media cetak seperti buku yang dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.

Tak hanya dari media cetak saja, zaman sekarang semakin maju banyak juga film-film dokumenter yang menceritakan tentang peristiwa yang terjadi pada zamana dulu. Contohnya yaitu film documenter peristiwa G 30 S/PKI. Wakil ketua MPR, Wahyudin mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Peristiwa G 30 S/PKI menimbulkan banyak korban baik dari militer dan rakyat , kita tidak ingin peristiwa itu terulang Kembali”.

PKI melakukan pemberontakan terhadap Indonesia sebanyak 2 kali. Yang pertama pada tahun 1948 yang berpusat di Madiun Jawa Timur. Yang kedua terjadi di Jakarta pada tahun 1065 yang akhirnya menjadi sejarah pahit bagi pemerintah Indonesia pada saai itu. Enam jenderal gugur pada kejadian tersebut. Berdasarkan sudut pandang sejarah, pada tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari kesaktian Pancasila. Sebabnya yaitu kegagalan PKI dalam memberontakan terhadap pemerintah Indonesia. Pada saai itu Pancasila dinilai memiliki kesaktian tak tergantikan oleh paham apa pun itu. Oleh karena itu Pancasila tidak bisa dirusak ataupun diubah pada waktu itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline