[caption id="attachment_196372" align="aligncenter" width="350" caption="www.arimurdani.com"][/caption] Sebenarnya ingin tidur dan bangun lagi pada tengah malam seperti biasa, tapi apa daya pikiran masih menggantung diujung jari karena ingin menulis. Diskusi hari ini banyak memberikan gambaran hidup yang sepertinya akan bisa dijalani siapa saja. Cinta istimewa orang tua ternyata tak selamanya bisa mengantarkan buah hati kepada kebesaran sebagai manusia. Sang anak yang beruntung memiliki cinta orang tua yang sangat spesial kini justru jadi korban. Karena tidak terbiasa berhadapan dengan masalah, dia terpaksa masuk ruang perawatan di sebuah rumah sakit jiwa di kota asalnya. “Dia masih bisa hidup normal,” kata dokter yang menanganinya. “Tapi tolong dihindarkan dari tekanan berat. Dia hanya bisa menjalani hidup layaknya sebuah permainan yang selalu menyenangkan, gembira, tanpa resiko. Sedikit saja menghadapi masalah, jiwanya akan kembali terguncang.” Vonis yang menyesakkan. Seberapa sering kita terluka, tersakiti, tersia-sia? Makin banyak kita mengalami jatuh bangun dalam keseharian kita, makin kuatlah kita sebagai manusia. Asal, kita bisa bertahan dan bahkan segera keluar dari jurang keberkabungan itu untuk melanjutkan membuka lembar kehidupan baru. Tidak perlu seperti Mario Teguh yang dikenal akan kebesarannya, namun cukup memastikan bahwa kita tak perlu masuk bangsal perawatan rumah sakit apa pun. Tanpa pengalaman menghadapi realita pahit kehidupan, kita hanya akan menjadi boneka-boneka kehidupan yang steril. Segala sesuatu yang tak membunuhmu hanya akan menguatkanmu. Memang, rasanya pedih sekali sekarang. Tapi, karenanya kita tahu saat dimana pedih itu tiada lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H