Lihat ke Halaman Asli

Melakukan Sesuatu Secara Terpaksa Itu Tidak Enak

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-

Seseorang mungkin dalam suatu waktu, dalam suatu keadaan, dalam suatu konteks, merasa melakukan sesuatu entah apa itu secara terpaksa. Merasa dipaksa harus demikian, entah oleh suatu kondisi apa, suatu situasi apa, entah keterpaksaan itu berasal dari tekanan dari luar diri ataupun dari tekanan sosial.

Ada masa barangkali dimana seseorang melakukan sesuatu demi menyenangakan orang lain, demi memenuhi target-target orang lain, orang di luar dirinya, sesuatu yang bertentangan dengan suara dari dalam dirinya. Suatu keadaan yang tidak enak, tidak nyaman, melakukan sesuatu secara terpaksa itu tidak enak. Apa yang bisa dihasilkan dari sebuah keterpaksaan.

Barangkali seseorang membutuhkan waktu untuk berpikir, menimbang ulang, melihat sesuatu secara lengkap, melihat dari banyak sisi. Sesuatu yang dilakukan secara terburu-buru, tergesa-gesa, untuk sebuah keputusan yang sangat penting, akan bagaimana dampaknya dalam jangka panjang.

Telaah segala sesuatu hingga menemukan formula yang pas, hingga melakukan sesuatu itu dengan kesadaran yang utuh, tidak bertentangan dengan suara dalam diri, tidak melakukan sesuatu karena semata demi menyenangkan orang lain. Sesuatu yang bertujuan baik dan mulia, pertama kali harus menyenangkan diri sendiri baru menyenangkan orang lain. Bagaimana orang yang tidak bahagia dengan dirinya sendiri akan berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

Umpama seorang muslim menjalankan salat, apa rasanya salat yang dijalankan semata demi disebut beriman oleh orang-orang sekeliling, apa enaknya hal demikian, kenikmatan apa yang bisa diperoleh dengan model salat yang demikian. Tentu berbeda dengan salat karena memang keinginan dari dalam, kemauan dari dalam, kesadaran dari dalam bahwa seseorang memang membutuhkan salat demi kebaikan dirinya, ketenangan batinnya, demi kedekatannya dengan Sang Pencipta, bukan demi status simbol belaka.

-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline