Lihat ke Halaman Asli

Ketika Cinta dan Cemburu Bergumul dalam Hatimu

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-

Seseorang harus menyentuh air mendidih untuk mengetahui rasanya panas. Seseorang harus menyentuh salju untuk mengetahui rasanya dingin. Seseorang harus menyentuh air mendidih dan salju agar mengetahui perbedaan antara panas dan dingin. Begitu pula dengan cinta dan benci, bagaimana seseorang bisa mengetahui perbedaan keduanya bila tidak mengalaminya sendiri, bersentuhan langsung dengan energi positif yang namanya cinta dan energi negatif yang namanya benci. Itulah mengapa ada benci dan cinta dalam diri manusia, sebab manusia membutuhkan keduanya agar kehidupan terus bergerak. Seperti kehidupan yang kasat mata ini bergerak dinamis, kehidupan dalam diri manusia yang tidak kasat mata juga bergerak dinamis, tidak statis.

Engkau tahu, bila cinta adalah damai, keteraturan, tertib, disiplin; benci adalah gelisah, ketidakteraturan, kekacauan. Benci akarnya adalah perasaan cemburu yang ciri utamanya penuh dengan tuntutan, merasa diri sebagai korban; merasa tersisihkan, merasa tidak diperhatikan, merasa dinomorduakan, merasa dianaktirikan, merasa dikambinghitamkan, merasa dikucilkan, merasa tidak dianggap, merasa tidak diorangkan, merasa tidak dipentingkan lagi, merasa tidak diprioritaskan lagi, merasa terhina, tersinggung, tercampakkan, terbuang. Serba meminta, meminta diperhatikan, meminta didahulukan, meminta dipentingkan, meminta dinomorsatukan, meminta diprioritaskan. Seperti api, cemburu menebarkan hawa panas, gerah, bawaannya ingin marah, seolah tak ada yang benar, semua salah. Bila api cemburu dalam hati itu semakin membesar, berkobar, bagaikan bom waktu, ia akan meledak menjadi kemarahan yang hebat, atau kesedihan yang sangat, bisa berkembang pada kebencian; bersikap menjauhi, memusuhi, dan bila dibiarkan, tidak menutup kemungkinan menjadi dendam kesumat yang bisa menghancurkan semuanya, meluluhlantakkan segalanya.

Lalu, berkebalikan dengan energi cemburu yang serba meminta, serba menuntut, cinta adalah energi yang serba tidak menuntut, serba memberi, serba melayani. Cinta tidak menuntut diperhatikan. Cinta tidak mengenal apa itu tersisih, tidak dianggap, tidak diorangkan, tidak dipentingkan, tidak diprioritaskan, terhina, tersinggung, terbuang, tercampakkan. Cinta tahunya hanya memberi. Titik. Dalam cemburu ada marah, dalam cinta juga ada marah. Marahnya orang yang cemburu tentu berbeda dengan marahnya orang yang mencinta.

Apabila hati sedang dikuasai api cemburu, dada bergemuruh bagaikan gelombang di lautan yang sedang membadai. Jantung berdenyut tidak beraturan, panas dingin menerjang secara ekstrim, kemarahan memuncak, atau kesedihan histeris tak tertahankan, sehingga hilanglah keseimbangan, kinerja tubuh menjadi kacau, pikiran keruh, hati menjadi sempit, akal sehat tersisih.

Saat cinta bersemayam dalam hati, situasi sebaliknya yang terjadi. Akal sehat tampil dominan, tenang, damai, pikiran jernih, hati luas seluas samudera sehingga bisa menerima apa saja yang hadir. Karena karakteristik cinta yang serba melayani, serba memberi, dirinya sudah tidak masuk hitungan lagi, cinta orientasinya selalu ke luar, orang lain, kebahagiaan orang di luar dirinya lebih utama daripada kebahagiaan dirinya sendiri. Bila seseorang di luar sana yang dicintainya bahagia misalnya, ia akan bahagia walaupun kehilangan. Tampaknya, secara kasat mata sepertinya ia kehilangan, namun sesungguhnya cinta tidak mengenal kata kehilangan.

Apabila cinta dan cemburu bergumul dalam hatimu, bertarung, saling berebut pengaruh, kepalamu serasa dibentur-benturkan ke tembok atau serasa ditenggelamkan dalam air, berputar-putar di tempat yang sama, tidak beranjak kemana-mana, ada kalanya seperti dilemparkan ke ruang hampa, atau serasa sedang berada di tepi jurang. Dalam keadaan yang demikian, kepada siapa memohon pertolongan. Kepada-Nya yang selalu di hatimu. Ia Sang Maha Cinta selalu siap meraih tanganmu, menggenggamnya erat, menghapus air matamu, melembutkan hatimu, mendinginkan kepalamu, menjernihkan pikiranmu, dan kamu tenteram dalam pelukan-Nya.


-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline