-
Mumpung anom ngudiya laku utama, falsafah Jawa yang artinya selagi masih muda upayakanlah laku utama. Sapa kang mung ngakoni barang kang kasat mata wae, iku durung weruh jatining Pangeran: barang siapa hanya mengakui barang yang terlihat oleh mata saja, itu berarti belum mengerti hakikat Tuhan.
Isyarat yang menuntun pada pemahaman bahwa orang yang semakin cepat mengerti (selagi masih muda) mengenal hakikat Tuhan, akan semakin mengerti bagaimana sebaiknya memandang hidup dan menjalani kehidupan. Pengertian yang pada gilirannya akan menjaga tindak-tanduk diri sendiri dalam lakon hidup sehari-hari. Mengerjakan hal-hal yang berguna dan meninggalkan hal-hal yang tidak berguna.
Niatkan keseluruhan aktivitas dalam hidup sebagai ibadah, sehingga selalu mawas diri, hati-hati dan waspada, mengukur risiko baik-buruk sebelum mengambil keputusan apapun dalam hidup.
Godaan tak akan sanggup merayu jika seseorang sudah sadar sepenuhnya bahwa dirinyalah yang pegang kendali. Sehingga ketika terjadi sesuatu yang kurang berkenan pada diri, introspeksi lah yang ditempuhi.
Gagal dalam sebuah usaha misalnya, evaluasi lagi, ada hal-hal yang harus dibenahi, bukan menyalahkan pesaing atau menyalahkan situasi terkini. Gagal dalam hal-hal yang lain, juga melakukan evaluasi yang bersifat ke dalam dan ke luar, dengan memperbaiki keadaan, bukan menyalahkan pihak lain.
Unggah-ungguh adalah etika dalam bahasa Jawa. Dalam hubungan-hubungan, resmi atau tidak resmi, penting memperhatikan unggah-ungguh, sopan santun dalam berbahasa dan berperilaku. Bagi yang demikian, akan senantiasa menemukan keindahan kedamaian dimanapun berada.
-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H