Lihat ke Halaman Asli

Berenang di Samudera Kehidupan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1295888449936723989

[caption id="attachment_87092" align="aligncenter" width="506" caption="Hiduplah dengan perasaan syukur..."][/caption] Sentuhlah wajahmu dengan kedua telapak tanganmu, usaplah wajahmu, rasakan kesadaranmu, hapuslah segala hal yang mengganggu hati dan pikiranmu, buang semua energi negatif itu, buang debu-debu yang mengotori itu, maafkan dan lupakan. Biarkan ruang arsip di hati dan pikiranmu bersih. Simpan hal-hal baik yang kamu dapatkan hari ini, simpan dengan rapi. Hati dan pikiranmu kembali jernih, siap menatap esok hari, siap menghadapi hal-hal baru lagi, hadapi saja, berani saja, optimis saja. Lalui hari dengan penuh cinta. Ingatlah hal-hal baik yang kamu ingin raih di masa depan. Fokuslah pada itu. Tugasmu hanya meminta dan berusaha, jangan khawatirkan soal hasil, sebab hasil adalah wewenang Tuhan. Jangan terlalu memikirkan hambatan yang justru akan merintangi langkah kakimu. Kalau kamu berhenti sudah pasti kamu gagal. Kalau kamu maju, kamu punya dua kemunginan, gagal atau berhasil. Gagal pun kamu gagal secara terhormat, karena kamu sudah berjuang secara maksimal, menempuh berbagai cara sesuai aturan yang benar. Tentu saja kamu mestinya berhasil dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan yang benar. Hidupmu adalah pikiranmu. Apa yang terjadi di alam atas sadarmu adalah pantulan dari alam bawah sadarmu. Ingatan pun melayang pada ucapan William James, "Penemuan terbesar di generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah perilaku benaknya." Gelisah yang hadir memenuhi benak adalah rahmat yang patut disyukuri, itu adalah sinyal bagi kamu untuk terus mengembangkan diri. Barangkali ruang kelasmu yang sekarang menjadi terlalu sempit buat dirimu, dan kamu membutuhkan ruang kelas baru yang lebih luas. Terima gelisah itu dengan perasaan syukur dan selalu berprasangka baiklah kepada Tuhan, karena prasangka baikmu itu akan memudahkan Tuhan menolongmu, untuk mengantarmu ke tempat-tempat yang lebih baik. Hiduplah seperti air mengalir. Berserah dirilah sepenuhnya, berpasrah sepasrahnya, jangan melawan kehendak hukum alam. Ingatlah ketika kamu berenang, ketika kamu tegang dan melawan, kamu menjadi berat seperti batu kemudian tenggelam. Tapi ketika kamu berserah, berpasrah, tubuhmu menjadi ringan dan mengapung di atas air. Seperti itulah hidup. Berenanglah di samudera kehidupan ini dengan ringan hati. Kamu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan, lalu mengapa masih tersiksa oleh hal-hal yang tidak berguna. Lurus saja, segala hal yang kamu lakukan hanya untuk Tuhan, hidupmu, pekerjaanmu, ucapanmu, sikapmu, perilakumu, hanya untuk Tuhan. Jadi, rasanya tak ada alasan lagi buat resah di hatimu. Ikhlas saja, tulus saja. Nothing to lose. Mudah, bukan? *catatan sebelum tidur...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline