(Seorang pria bernama Pak Slamet, lelaki yang ceria namun kadang-kadang sedikit ceroboh, duduk di atas kursi di ruang tamu rumahnya.)
Pak Slamet: (Sambil mengusap perutnya yang kosong) "Huh, Ramadhan tahun ini benar-benar membuatku merasa seperti agen rahasia lapar. Setiap hari seperti misi untuk mengejar waktu berbuka!"
(Sambil bercanda, Pak Slamet mengambil sebotol air dan sebatang kurma.)
Pak Slamet: (Berbicara dengan dramatis) "Sebatang kurma, satu langkah dekat dengan kemenangan! Air, kamu adalah sekutu terpercaya dalam medan perang perut kosongku."
(Pak Slamet melihat ke arah kalender di dinding.)
Pak Slamet: "Dan ya Allah, masih ada dua jam lagi hingga berbuka. Sepertinya waktu berlalu sangat lambat saat perutmu berdengung seperti kumpulan tambur."
(Sambil menoleh ke arah penonton, Pak Slamet memperlihatkan ekspresi wajahnya yang lapar.)
Pak Slamet: "Kalian tahu, kadang-kadang pikiranku seperti GPS yang terprogram hanya untuk menemukan makanan. 'Belok kanan di toko roti, lanjutkan lurus menuju warung makan!'"
(Pak Slamet melompat dari kursi, melakukan aksi dramatis seolah-olah dia adalah seorang penjelajah kelaparan.)
Pak Slamet: "Tapi, meskipun perjuangan itu nyata, Ramadhan mengajarkan kita untuk lebih dari sekadar mengejar makanan. Ini adalah waktu untuk introspeksi, pengampunan, dan kebaikan."
(Pak Slamet kembali duduk di kursi, tiba-tiba menunjukkan ekspresi serius.)