Oleh : Agus Fahrin
GENERASI INDONESIA
Sering kali kita bicara bangunan struktur pengetahuan dan sejumlah teori marxisme, tapi melupakan dasar esensinya, semegah apapun konsep marxisme sgt lemah secara epistimologis, krn basis nilai materialisme yg menjadi dasar pandangan dunianya beradaptasi dgn fungsi materi yg bergerak terbatas dan berubah ubah. Filsafat materialisme (marxisme) dari sudut pandang sains modern yg dirumuskan oleh Marx dan Engels yg dikenal materialisme dialektis adalah menjelaskan hukum-hukum yang mengatur alam dan masyarakat, dari evolusi sampai ke teori chaos. Setiap penemuan sains sampai hari ini telah memberi konfirmasi terhadap filsafat Marxisme bhw alam bekerja secara dialektik mengikuti gerak materi.
Dalam Das Kapital sbg karya terpenting Karl Marx yang merupakan analisis ekonomi kapital, disitu kita memahami Kalr Marx menciptakan teori-teori ekonomi politik klasik yang dipelajari dari ekonom-ekonom Inggris ternama abad 18-19 awal, dan kita kenal Inggris adalah negara kapital pertama. Kita mengetahui teori-teori Karl Marx seperti teori upah, teori jam kerja, teori pekerja, teori penjajahan, produk kapitalis dan lain sebagainya. Semua itu menjelaskan struktur dan sistem kapitalisme yg hendak ingin dikubur paksa pertumbuhannya dlm mewarnai peradaban dunia.
Diskursus Kapitalisme, Socialisme dan Demokrasi yg merupakan salah satu karya besar di bidang ilmu sosial abad ke 20 yg ditulis oleh Schumpeter turut menyinggung kebangrutan sosialisme, dimana Schumpeter menyoroti pemikiran Marx dari berbagai hal dgn tujuan sosialisme ingin diselamatkan sebagai satu warisan pemikiran dunia dlm proses pembentukan sistem peradaban, termasuk demokrasi yg hampir ditinggalkan dan membuat surutnya ketertarikan dunia pada Marxisme. Lebih jauh Schumpeter secara kritis (demi menyelamatkan cita cita sosialisme) memperlihatkan berbagai ilusi dalam sistem demokrasi, seperti menyinggung gagasan tentang tugas politikus yg disebutkan hanyalah melaksanakan kehendak rakyat, padahal mereka mempunyai kepentingannya sendiri, sepintas menghujat kerja demokrasi dlm melayani kepentingan kapitalisme disatu sisi, dan mengangkat citra sosialisme sbg sebuah pilihan disisi lain.
Dalam hal ini kita harus mengukur fakultas intelektual dan cara kerja akal dlm mengungkap sisi ontologi marxisme, mengevaluasi berbagai teori tentang manusia dan alam semesta, juga dipandang perlu kita hrs memiliki metode dan hukum logika dlm memahami Karl Marx dan Marxisme ini, mengklasifikasi sebuah fenomena dan peristiwa, mempelajari realitas yg ditangkap, dicerna secara epistimologis, sehingga kita bisa memahami kedudukan manusia dihadapan alam kehidupan dan memahami bentuk bentuk pengalaman, perkembangan sejarah, dan realitas wujud.
Ontologi Marxisme itu kering dan dangkal sbg yg mengkampenyekan keharusan infrastruktur mendahului suprastruktur untuk menjawab tuntutan kemajuan dan keselamatan masyarakat dunia dalam sertiap massa pertumbuhannya, sampai dapat terlihat nyata masyarakat itu pada puncaknya bisa hidup dalam kemakmuran bersama sebagaimana yg dicita citakan Karl Marx dan marxisme, kendati hal itu dinilai utopis. Namun dengan dasar ini Marxisme menghendaki sebuah bangsa yg maju yg menandai proses perjuangan kelas masyarakat marjinal dlm menjawab harapan dan tuntutan keadilan terhadap kuasa kepemilikan pribadi, dalam konteks ini Karl Marx dan Marxisme spirit dasarnya sama sekali tdk mengandung konsep nilai teologi transendental yg dapat mewakili seluruh rangkaian sejarah pemikirannya yg membentuk pandangan dunia materialisme sbg hukum dasar marxisme, artinya sosialisme sesumgguhnya tdk jauh berbeda dgn sistem kapitalisme yg ditentang, kedua sistem ini adalah setali mata uang dgn basis pandangan dunia yg sama (baca :hukum gerak materi dan hukum kontradiksi).
Disini dapat terlihat jelas eksistensi Karl Marx dan Marxisme justru sgt berbahaya bagi pertumbuhan sejarah peradaban manusia yg berpijak pada materialisme, sisi lain kerangka gerakan ideologis marxisme yg dibangun dlm proses dialektika sejarah pertentangan kelas yg menjelaskan tentang hukum keadilan, kebangkitan kaum tertindas, sistem perlawanan, kesetaraan, kesejahteraan, sistem produksi, dan prahara infrastruktur sbg puncak pengharapan perjuangan antar kelas adl sesungguhnya merupakan desain kerja ideologi atau dapat disebut proyeksi Karl Marx dlm mensukseskan misinya yg memusuhi Tuhan dalam agama agama (esensi mendahului eksistensi). Karl Marx dlm hal ini hadir membangun teori konflik antar kelas (kapitalisme vs sosialisme), kesan menjadi provokator ulung terhadap agama agama sepanjang sejarah kemunculan ideologi ideologi dunia. Ia layaknya "api sabana" yg membakar habis di musim panas dlm istilah Mao Tse Tung untuk menggambarkan kebangkitan gerakan petani (proletariat).
Sejarah dan kesadaran kelas yg dibangun dlm epicentrum pemikiran marxisme tidak dapat dilepaskan dari perkembangan materialisme historis yang menasbihkannya menjadi alat dan metode bagi kelas proletariat untuk memperjuangkan kelasnya berhadapan dengan kelas borjuis. Pada saat yang sama agama dipahami tdk boleh ikut campur dalam proses konfigurasi sosial, agama dipandang secara doktrinal meracuni pikiran masyarakat sehingga melupakan hak hak kesejahteraan, keadilan yg nyata utk diperjuangkan terhadap kekuasaan borjuasi kapitalis. Karl Marx berhasil membangunkan kedadaran perjuangan masyarakat dgn melepaskan jubah kepercayaan terhadap dokrin doktrin agama dengan menaruh harapan keadilan sosial dan ekonomi yg hrs direbut dari dominasi kelompok kapitalis borjuasi. Spirit yg dibangun adl spirit ekonomi, bukan kesadaran transendetal, malah agama hrs dicap sbg racun pembodohan. Agama dipahami tidak mampu menggerakkan kehidupan ekonomi masyarakat, ini didasarkan pada pemikiran bahwa agama dan ekonomi merupakan dua ranah yang memiliki titik sentral dan tujuan berbeda.
Karl Marx dikenal tokoh ateis, pemberontak, dan tentu pijakan dasar pandangan dunianya adalah materialisme. Karl Marx percaya bahwa motif tertinggi psikologis manusia adalah keinginannya untuk bersenang-senang dan memperoleh keuntungan maksimal secara materi, dan ini menjelaskan watak dasar manusia yg tdk pernah bisa merasa cukup terhadap materi sehingga dalam perkembangannya niscaya membangun persaingan demi persaingan, permusuhan dan perlawanan atau pertentangan kelas adl wujud dasar dari keniscayaan materialisme yg membentuk spirit, watak dan tujuan hidup ummat manusia. Karl Marx tidak menghargai dan memahami kebutuhan spiritual manusia, tdk memahami proses kebaikan itu bersumber dari Tuhan, melainkan kebaikan itu sendiri merupakan implikasi dari proses gerak materi yg menjelaskan hukum hukum keadilannya sendiri dlm menjawab kebutuhan masa depan peradaban manusia. Sisi lain manusia esensi dasarnya berserikat, dengan demikian manusia hrs bicara tentang hak bersama dan menentang hak individual yg sifatnya memonopoli sumber sumber ekonomi dan kesejahteraan, padahal Karl Marx sangat yakin akan watak dasar individu manusia adl eksiatensinya bergerak mengikuti gerak materi, materialisme.
Memahami hal ini kita dituntut untuk kembali pada kerangka kerja gerak materi menurut hukum tesa, anti tesa dan sintesa yg dibangunnya sbg satu konsep dasar tentang pengetahuan manusia terhadap realitas gerak materi menjadi gerak fisiologis menuju gerak jiwa dan berdiaspora membentuk ide ide tentang realitas masyarakat yg selalu bertentangan dlm setiap massa pertumbuhan kelas sosial. Disinilah sejarah kesadaran kelas dlm marxisme, baik kelas proletariat dan borjuis saling berjuang mempertahankan kekuasaan kelasnya. Jika kelas borjuis berusaha mempertahankan kekuasaan kelasnya atas faktor-faktor ekonomi dan sosial, maka kelas proletariat berjuang untuk merebutnya.