Lihat ke Halaman Asli

Aril Purnama

Mahasiswa

Energi Baru dan Terbarukan untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Diperbarui: 19 November 2022   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dampak pemanasan global mencapai 1,5 dan 2 diantaranya terdapat dampak langsung seperti 14% populasi merasakan dampak panas ekstrem, juga 0,40 m permukaan air laut naik. Sementara pada makhluk hidup terjadi dampak yang  menyebabkan 4% binatang bertulang belakang musnah, 8% tumbuhan musnah, 6% serangga musnah hal ini disebabkan oleh 7% luasan ekosistem daratan bumi kan berubah dan 4,8 juta km lahan artik mencair, juga 70-90% terumbu karang berkurang.

Indonesia adalah salah satu Negara yang rentan terhadap perubahan iklam. Dari tahun 1981-2018, Indonesia mengalami tren kenaikan suhu sekitar 0,03 per tahunya dan Indonesia mengalami kenaikan permukaan air laut 0,8-1,2 cm/tahun yang akan berdampak pada sekitar 65% penduduk tinggal di wilayah pesisir.

Untuk berkontribusi lebih besar pada penurunan emisi global Indonesia di bidang energi masih sejalan target Enhanced NDC 2030 hal itu didukung dengan aksi mitigasi yang berkontribusi terhadap penurunan emisi antara lain pengembangan EBT, efisiensi energy, penggunaan bahan bakar rendah karbon dan lain-lain.

Indonesia memilliki potensi energi baru dan terbarukan yang besar, tersebar, dan beragam untuk mendukung katahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT. Misalnya potensi hidro di Kaltara, NAD, Sumbar, Sumut, dan Papua. Potensi surya di wilayah NTT, Kalbar, dan Riau memiliki radiasi lebih tinggi. Potensi energy laut dan panas bumi yang tersebar di kawasan perairan terutama Maluku, NTT, NTB, dan Bali juga di kawasan ring of fire yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku. 

Dalam menindaklanjuti hal potensi di atas Kementrian ESDM menyusun peta jalan energi menuju net zero emission di sector energi yang akan menjadi komitmen bersama antara pemerintah dan para pemangku kepentingan untuk mencapai NZE 2060.

Bauran energi berbasis pembangkit tenaga listrik akan meningkat dapat mencapai 25% tahun 2025 dengan syarat didukung oleh implementasi cofiring biomasa pada PLTU. Permintaan listrik pada tahun 2060 diprediksi mencapai 1942 TWh  yang didominasi oleh sector Industri dan Transportasi. Seluruh demand listrik disuplai oleh pembangkit berbasis energy terbarukan 96% dan energy baru 4% (PLTN) dengan total kapasitas 708 GW. Juga direncakan pengembangan Super Grid sebagai factor kunci untuk mencapai zero emission pada sector pembangkit tenaga listrik

Dalam PDB transisi energy. Energy fosil juga memiliki peran penting dan strategis. Saat ini dalam sector migas dan mineral serta batu bara, minyak masih menjadi energy utama untuk transportasi sebagai pemenuhan kebutuhan domestik.  

Pelaksanan transisi energy memberikan banyak manfaat pada lingkungan, ekonomi, dan industri antara lain; menghindari dam[ak terjadinya perubahan iklim karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang  rentan terdampak, mengurangi impor energy dengan pemanfaatan energy baru dan terbarukan (EBT) dalam negeri yang potensinya melimpah, dan mendorong tumbuhnya industri energy terbarukan dalam negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline