Logical fallacy Sebagai Suatu Kesalahan Berargumen
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu terlibat dalam proses pengambilan keputusan, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Khususnya bagi seorang dokter, penting untuk mengambil keputusan penatalaksanaan yang tepat, sesuai dengan diagnosis yang akurat. Proses pengambilan keputusan ini selalu berhubungan dengan cara berpikir.
Proses berpikir yang berbeda bisa menghasilkan keputusan yang sama, sementara kesimpulan yang berbeda dapat dihasilkan dari proses berpikir yang serupa. Oleh karena itu, dokter dalam menetapkan diagnosis dan mengambil keputusan penatalaksanaan perlu selalu menggunakan cara berpikir kritis dan penalaran yang baik.
Memahami logika berpikir berarti mempelajari metode dan prinsip yang membedakan antara argumen yang valid dan yang tidak valid. Meskipun memiliki argumen yang valid tidak hanya bergantung pada pemahaman logika, orang yang memahami logika berpikir memiliki kemungkinan lebih besar untuk membangun penalaran yang valid, sehingga dapat menyusun argumen yang benar.
Logika mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemikiran yang rasional untuk menghasilkan pengetahuan yang benar sebagai landasan dalam menentukan argumen (Mesah dkk., t.t.).Logical fallacy muncul bukan karena adanya kesalahan dalam ide atau fakta yang disampaikan. Penentuan apakah suatu argumen mengandung logical fallacy atau tidak bergantung pada hubungan antara premis dan kesimpulan yang dihasilkan. Meskipun premisnya benar, jika kesimpulan yang diambil tidak sesuai, maka argumen tersebut dapat dianggap sesat atau fallacy (Gitayuda, 2021; Irving, 1990: 92).
Ketika dikaitkan dengan fenomena yang ada, kecenderungan manusia untuk berpikir, mengambil keputusan, dan memilih alternatif tidak dapat dipisahkan dari sifat dasar manusia yang lebih suka memilih hal-hal yang disukainya. Hal ini menjadi dasar munculnya kesalahan logika, terutama dalam berargumentasi. Ketika sesuatu dianggap benar, penalaran seseorang cenderung akan mencari pembenaran, sementara jika sesuatu dianggap salah, penalaran tersebut akan berusaha untuk menyalahkan.
Dalam studi kognitif, hal ini terjadi karena manusia memiliki tujuan yang ditetapkan, di mana mereka cenderung mengumpulkan informasi yang mendukung pencapaian tujuan atau keputusan yang dipilih (Gitayuda, 2021).Oleh karena itu, menghindari cara berpikir yang keliru (logical fallacy) merupakan faktor penting dalam berargumentasi.
Logical fallacy adalah kesalahan logika yang muncul akibat ketidaksesuaian antara pemikiran dan bahasa yang digunakan untuk merumuskan ide utama. Kesalahan penalaran ini terjadi ketika premis yang ada tidak menghasilkan kesimpulan yang benar. Dengan kata lain, fallacy muncul ketika suatu argumen dibangun dari premis-premis yang tidak relevan dengan argumen yang diajukan (LaBoissiere, 2010:1).
Alasan yang mendukung perlunya pencegahan logical fallacy dalam berargumen adalah membangun kemampuan berargumen yang berkualitas, sehingga dapat mencegah kesalahan dalam menentukan argumennya dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah karena logical fallacy seringkali menjadi penghambat dalam pemecahan masalah untuk itu kita perlu menghindari kesalahan berpikir dengan cara bersabar dalam mengambil kesimpulan,kumpulkan data dan fakta pada pokok persoalan, samakan persepsi.Dengan cara itu kita dapat berargumen dengan falid dang terhindar dalam kekekliruan berfikir atau Logical fallacy.(Muhammad Arifin Sitorus, 2024)
Daftar pustaka
Gitayuda, M. B. S. (2021). IMPLEMENTASI EDUKASI MENGHINDARI KESALAHAN BERPIKIR PADA MAHASISWA MANAJEMEN. Science Contribution to Society Journal, 1(1), 22--30. https://doi.org/10.35457/scs.v1i1.1745