Rumput laut, yang dalam bahasa Latin dikenal sebagai seaweed, merupakan tumbuhan laut yang termasuk dalam kelompok makroalga benthik. Rumput laut hidup menempel di dasar perairan, terutama di daerah intertidal atau perairan payau yang mendapat cukup cahaya matahari.
Sebagai bagian dari divisi Thallophyta, rumput laut dianggap sebagai tumbuhan tingkat rendah karena tidak memiliki struktur yang membedakan antara akar, batang, dan daun. Seluruh bagian tubuhnya disebut thallus, yang memiliki bentuk beragam seperti bulat, pipih, tabung, atau gepeng.
Nutrisi diperoleh melalui sel-sel pada thallus, yang menyerap makanan dari arus air yang mengalir di sekitarnya. Kemampuan ini memungkinkan rumput laut tumbuh dan berkembang biak secara alami di habitatnya.
Rumput laut memiliki berbagai jenis yang diklasifikasikan berdasarkan kandungan pigmen. Di antara jenis-jenis tersebut, tiga kelompok utama yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah rumput laut hijau (Chlorophyta), rumput laut merah (Rhodophyta), dan rumput laut coklat (Phaeophyta). Rumput laut hijau, seperti Chaetomorpha crassa, biasanya hidup di air asin maupun tawar.
Kelompok ini mengandung pigmen klorofil a dan b, serta berbagai karotenoid seperti lutein, zeaxantin, dan violaxantin, yang membuatnya tampak hijau cerah.
Rumput laut merah, seperti Gelidium dan Eucheuma, adalah kelompok dengan jumlah spesies terbanyak. Jenis ini memiliki pigmen klorofil a, d, dan pikoeritrin yang membuatnya mampu beradaptasi dengan berbagai kualitas cahaya, sehingga warnanya bervariasi dari merah hingga ungu.
Rumput laut coklat, seperti Sargassum sp., memiliki ciri khas warna coklat karena kandungan pigmen fukoksantin yang dominan. Kelompok ini juga kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid, steroid, dan saponin, yang memberikan manfaat tambahan di berbagai sektor industri.
Manfaat rumput laut sangat luas dan penting bagi manusia. Dengan kandungan nutrisi yang kaya, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan antioksidan, rumput laut menjadi bahan utama di berbagai industri. Di Indonesia, pemanfaatan rumput laut dimulai dari industri agar-agar yang menggunakan spesies seperti Gelidium dan Gracilaria.
Kemudian, berkembang menjadi bahan baku industri alginat yang memanfaatkan Sargassum, serta bahan kerajinan yang berasal dari Eucheuma. Selain digunakan dalam produk pangan seperti gelatin, karagenan, dan suplemen, rumput laut juga dimanfaatkan dalam produk non-pangan seperti pewarna tekstil, kosmetik, hingga bioenergi.
Rumput laut juga memiliki potensi sebagai sumber pakan ternak dan pupuk organik karena kandungan nutrisinya yang tinggi. Selain itu, rumput laut dianggap ramah lingkungan karena dapat membantu menyerap karbon dioksida dari lingkungan, menjadikannya salah satu solusi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.