Sebuah hasil kurang bagus kembali ditunjukkan tim asuhan Sam Allardyce. Menghadapi Crystal Palace, tim yang diatas kertas bisa digilas, West Ham kembali terseok. Hasil pertandingan Sabtu kemarin ( 28/02/2015) menambah catatan buruk tim kebanggaan London Timur.
Sepuluh pertandingan dengan hanya satu raihan kemenangan. Deretan hasil seperti itu sering kita jumpai dalam statistik tim di zona degradasi. Ironis sekali jika statistik hasil pertandingan seperti itu juga dialami oleh tim peringkat sembilan liga inggris. Hasil tersebut bisa jadi adalah bukti ketatnya persaingan di liga utama inggris. Namun, seketat apapun liga inggris, hal tersebut bukanlah alasan bagi penurunan performa. Ada beberapa masalah yang bisa kita cermati dari kondisi tim yang bermarkas di Boleyn Ground tersebut.
Kedalaman skuad
Liga Inggris memberikan jatah kepada setiap tim untuk mendaftarkan 25 pemain. Dengan jumlah tersebut, asumsi setiap posisi pasti memiliki pemain pelapis. Permasalahannya adalah kedalaman skuad setiap tim berbeda. Hal tersebut akan terlihat dampaknya saat pemain inti tidak bisa bermain atau sedang off day.
West Ham punya masalah di pemain pelapis lini belakang. Di posisi duo bek sentral, West Ham hanya bisa melakukan rotasi Tomkins, Collins, dan Reid. Mutlak, hanya tiga pemain tersebut yang bergantian mengisi line up pertandingan sepanjang musim. Hal buruk akan terjadi jika salah satu tidak bisa bermain akibat faktor cedera atau akumulasi kartu. Beruntungnya, West Ham masih punya pemain serbabisa semacam Kouyate guna melapis bek sentral.
Bergeser ke kiri dan kanan, West Ham punya pemain potensial 25 tahun Aaron Cresswell. Creswell adalah satu-satunya pemain yang selalu turun di semua pertandingan liga West Ham, disamping Adrian sang kiper utama. Catatan 27 pertandingan ligadari seorang pemain debutan memiliki makna ganda. Superioritas Cresswell dan Joey O’Brien pelapis yang kurang mumpuni. Kondisi tidak jauh berbeda dialami di posisi bek kanan. Catatan 6 pertandingan saja dari Guy Demel menunjukkan jika Big Sam hanya percaya kepada Jenkinson, setidaknya sampai dia kembali ke Arsenal musim depan.
[caption id="attachment_400543" align="aligncenter" width="300" caption="Aaron Cresswell/www.whufc.com"][/caption]
Secara tim, pertandingan terakhir melawan Crystal Palace (28/02/2015) adalah bukti minimnya pelapis sepadan. Hal tersebut semakin terlihat ketika Big Sam hanya mengganti satu atau dua pemain ketika tim bermain buruk. Publik bisa melihat Cresswell off day setelah blunder. Alex Song meninggalkan pos jangkar dan membuat jarak lini tengah dan belakang terlalu jauh. Permainan Downing juga jauh dari ekspektasi, sedangkan Sakho kesulitan menembus parkir bus ala Pardew. Secara total, permainan tim buruk, namun hanya Nene yang dipercaya sebagai solusi.
Kreator Serangan
Stewart Downing adalah pemain yang didatangkan sebagai pemain sayap kiri. Musim kedua Downing di West Ham dijalani dengan peran dan posisi baru sebagai playmaker. Awal musim kita terbiasa melihat Downing bebas berlari ke kanan dan ke kiri, beberapa pertandingan terakhir Downing kembali bermain menyisir lapangan. Bedanya, dari kiri sekarang dia lebih sering berada di kanan. Hal tersebut menjadi menarik untuk diperhatikan ketika Downing adalah tipe pemain one footed. Kaki kanannya tidak sekuat kaki kiri dalam mengirim umpan maupun melakukan tendangan. Faktanya, Downing tidak melakukan assist selama 8 pertandingan sebelum melawan Crystal Palaces di pekan ke-27.
Adakah Robben influence dalam tujuan meletakkan Downing di kanan? Secara kecepatan dan naluri mencetak gol, Downing adalah tipe pemain yang berbeda dengan winger Munchen tersebut. Dengan segala kemampuannya, Downing lebih cocok sebagai raja assist ketimbang sebagai goalgetter layaknya Robben.
[caption id="attachment_400544" align="aligncenter" width="300" caption="Playmaker West Ham/www.whufc.com"]
[/caption]
Mental
Ada catatan menarik di pertandingan West Ham sepanjang bulan Februari . Dua pertandingan unggul selama 90 menit, namun gagal mendapatkan poin penuh. Gol Daley Blind di menit 92 dan Penalti Hary Kane menit 96 sangat membekas di ingatan fans. Sebuah indikator bagi tim yang punya masalah dalam mental. Di sinilah peran kapten dan pelatih terlihat berpengaruh. Big Sam harus sedikit mengganti kebiasaannya dari duduk selow di bench dengan gaya radikal berdiri dan sedikit berteriak.
[caption id="attachment_400545" align="aligncenter" width="300" caption="Big Fat Sam/www.whufc.com"]
[/caption]
Keberanian untuk berubah mutlak dilakukan oleh Big Sam jika ingin memperbaiki posisi klasemen. Sam harus segera membuang ketidakpercayaannya terhadap pemain, terutama lini depan. Semua fans West Ham mengakui jika Sakho adalah top skor tim dengan jumlah 9 gol. Namun, tipe permainan Sakho tidak selalu cocok untuk menembus formasi bertahan tim lawan. Seperti Crystal Palace yang menerapkan taktik parkir bus, seorang towering striker seperti Carlton Cole akan lebih berfungsi untuk mengakhiri umpan-umpan crossing. Masih ada slot pergantian pemain untuk dimanfaatkan ketika tim sedang deadlock di tengah pergantian. Evaluasi Sam!
Arik Fajar Cahyono/ Banyuwangi Hammers
Sumber:
www.premierleague.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H