Lihat ke Halaman Asli

ISLAM YES, PARTAI ISLAM YES

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penurunan citra partai islam menurut hasil surve LSI, menyebutkan 4 faktor merosotnya partai islam:

Pertama, masih lemahnya pendanaan partai Islam dibanding partai-partai nasionalis. Tercatat 85,2% publik menilai partai Islam kurang memiliki banyak modal dibanding partai nasionalis.

Kedua, citra Islam yang makin memburuk seiring dengan maraknya aksi kekerasan yang mengatasnamakan Islam juga menjadi salah satu penyebab utama merosotnya popularitas partai dan tokoh Islam. Munculnya anarkisme yang mengatasnamakan Islam oleh kelompok-kelompok Islam tertentu membawa dampak munculnya kecemasan kolektif masyarakat Indonesia pada umumnya. Seperti yang terjadi pada Ahmadiyah, Syiah dan pelanggaran pendirian rumah ibadah, hingga memunculkan kekhawatiran terhadap formalistik Islam.

Ketiga, saat ini partai nasionalis juga mengakomodasi kepentingan dan agenda kelompok Islam. Seperti PDIP yang memiliki Baitul Muslimin dan PD dengan majelis zikir SBY. Terlepas dari motifnya yang bersifat substantif ataupun simbolik.

Keempat, Islam di Indonesia hanya bersifat kultural, belum terwujud dalam aspirasi politik. Mayoritas umat Islam di Indonesia tidak ingin partai dengan aroma Islam menjadi mayoritas. Penegasan ini didasarkan atas angka sebesar 67,8% pemilih Muslim yang lebih memilih partai nasionalis. “Islam Yes, Partai Islam No, jargon ini sudah menjadi kenyataan. Bukan sekadar ide atau gagasan yang disampaikan Cak Nur (Nurcholish Madjid),” kata dia.

Mengacu pada sejarah Indonesia, kebesaran partai islam pada tahun 1955; selain aroma pertarungan ideologi saat itu yang masih kuat juga karena bersatunya partai-partai islam/ormas-ormas islam menjadi 1 partai yaitu masyumi. Tokoh-tokoh muda islam tidak hanya dibekali oleh pengetahuan agama tetapi juga sosial bahkan perpolitikan nasional sehingga mereka mengetahui kondisi bangsa yang sedang tertindas dan dengan semangat kemaslahatan (amar ma’ruf nai munkar) mereka berjuang untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajah dan bergerak mendirikan partai untuk menguatkan negara didalam sistem demokrasi yang baru merdeka. Program-program partai tidak hanya mengarah pada penguatan umat islam melainkan juga memperkuat kondisi nasional, seperti “Mosi Integral Natsir” yang telah menyelamatkan Indonesia dari hasil KMB yang memecah belah negara kesatuan RI. Mosi Integral Natsir telah mengembalikan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan demokratis, konstitusional, dan cara yang terhormat.

Kehancuran partai islam di mulai dari pecahnya koalisi didalam tubuh masyumi, yang ditandai dengan keluarnya NU sebagai basis massa terbesar dalam partai. Selain itu juga karena serangan ideologi diluar islam yang semakin gencar, hingga membubarkan masyumi. Pacsa bubarnya masyumi, perlahan-lahan kekuatan islam sebagai partai besar mulai menurun dan cenderung memudar di masyarakat.

Kalau kita memahami secara runtut kemunduran Partai Islam, hasil surve LSI tersebuat adalah efek dai runtutan peristiwa yang bertumpuk dan mengkerdilkan citra islam serta partainya didalam masyarakat.

Jika mengacu pada sejarah kebesaran partai masyumi maka secara garis besar ada 3 hal yang harus dilakukan agar partai islam bisa bersaing dalam kancah perpolitikan nasional kedepan;

1.Membangun kembali koalisi partai-partai islam dengan format koalisi yang paling relistis. Artinya membangun koalisi dengan partai-partai islam yang tidak memiliki sejarah pertikaian/konflik karena ideologis, yang itu masih mungkin untuk disatukan kembali walaupun memiliki cara pandang yang berbeda-beda tentang islam. Koalisi antar partai-partai islam akan memperkuat posisi partai islam di kancah perpolitikan nasional.

2.Mengoptimalkan ormas-ormas islam dan lembaga-lembaga islam baik untuk kader mau pun masyarakat luas. Untuk kader; ormas atau lembaga islam harus meyuarakan persamaan sesama muslim dan memperkecil perbedaan, tidak hanya menanamkan besic keagamaan saja tetapi juga kondisi sosial kemasyarakatan bahkan perpolitikan nasional agar menjadi kader islam yang mengerti keadaan umat dan bangsa yang sedang dihadapi. Untuk masyarakat luas; mencitrakan umat islam rahmatan lil alamin, saling bersatu dan tidak bercerai berai.

3.Program partai islam yang pro rakyat, bertumpu pada kebutuhan masyarakat sehingga program partai mampu memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Berani menentang dan berkata tidak pada hal-hal yang merugikan masyarakat sebab nilai-nilai islam tidak lah bertentangan dengan hukum-hukum kemasyarakatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline