Lihat ke Halaman Asli

Ari Junaedi

Pengajar, Konsultan, Kolomnis, Penulis Buku, Traveller

Ayam Lodho Mbak Ambar dari Ngawi Bikin "Terkiwir-kiwir"

Diperbarui: 23 Juni 2023   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayam Lodho Warung Makan Mbak Ambar Bikin Ingin Kembali ke Ngawi (Foto: Ari Junaedi)

Cita rasa dan kenikmatan kuliner di berbagai tempat di tanah air, memang sulit untuk mencari tandingannya. Setiap daerah di tanah air pasti memiliki kuliner andalan dan menjadi pembeda dengan masakan lainnya.

Di Sanggau, Kalimantan Barat saya pernah ketagihan dengan sop daging yang rasanya begitu legit. Sementara di Tarakan, Kalimantan Utara saya begitu terpikat dengan kegurihan nasi kuning. Di Kotabaru, Kalimantan Selatan saya kadung "jatuh cinta" dengan ikan patin bakar dan sayur lontong Banjar.

Jika di Malang, Jawa Timur saya begitu menggemari kuliner baksonya, maka di Bangkalan, Madura rasa bebek songkemnya sulit mencari tandingannya. Untuk Palu, Sulawesi Tengah, rasa kaldu sop kaledo begitu terasa dan di Jayapura, Papua, kenikmatan makan papeda juga tidak kalahnya dasyatnya.

Perjalanan beberapa kali ke Ngawi, daerah di perbatasan Provinsi Jawa Timur dengan Jawa Tengah, menemukan saya akan kelezatan masakan yang "tersembunyi" dari Kota Ngawi. 

Dari pusat Kota Ngawi ke Pangkur, Kartoharjo tepatnya ke Warung Panggang Ayam Kampung Mbak Ambar di Jalan Supriyadi, saya membutuhkan jasa sopir kendaraan online mengingat saya belum begitu hafal dengan arah lokasinya.

Panggang Ayam Sajian Mbak Ambar Begitu Menggoda (foto: Ari Junaedi)

Walau warung makan itu dikenal keistimewaannya dengan sajian ayam panggang, saya juga memilih sajian ayam lodho dan juga sayur "oblok-oblok" sebagai pelengkap menu makan siang saya. Rasa lapar usai mengunjungi Benteng Van Den Bosch yang luas siang itu, saya lampiaskan dengan lahapnya memakan masakan Mbak Ambar.

Untuk ayam panggangnya, masakan Mbak Ambar ini memang benar-benar "ambyar". Bumbunya begitu meresap dan kekenyalan daging ayamnya menyatu sehingga keinginan untuk menambah porsi makan sulit untuk dicegah.

Kenikmatan makan seakan menjadi sempurna jika sayur "oblok-oblok" menjadi teman "seiring dan sejalan" dari nasi yang terhidang. Kehadiran tempe yang dipotong kecil-kecil, bercampit dengan parutan kelapa muda, cabe hijau, teri jengki dan oyong mengingatkan saya akan masakan "bothok" khas Jawa Timur.

Yang membedakan "bothok" dengan "oblok-oblok" hanyalah pada wadah yang membungkusnya. Oblok-oblok adalah versi bothok tanpa dibungkus daun selain oblok-oblok memiliki pembedah yang lain yakni keberadaan kuah cairnya.

Sayur Oblok-Oblok Tersaji di Kuali Kecil (foto: Ari Junaedi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline