Lihat ke Halaman Asli

Ari Indarto

TERVERIFIKASI

Guru Kolese

Diplomasi Cinta di Meja Makan

Diperbarui: 11 November 2023   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemiskinan (Sumber: KasunChamara-pixabay.com)

Cinta. Aku sengaja menyiapkan aneka hidangan agar harimu begitu menyenangkan, meninggalkan pilihan yang tak segera datang, menghamburkan kenikmatan yang memuakkan. Semestinya cinta hadir diantara selera makan yang terpendam. 

Aku sengaja mengundangmu di sini; duduk di meja makan, menikmati selera makan di antara keriuhan yang tak sempat memuncak dan menghilangkan selera makan. Meski usia semakin senja, kehadiranmu akan terus memberikanku kehidupan terpendam yang terbongkar keangkuhan. Yah, aku mengundangmu di meja makan, aku tahu kesedihan, dan pilihan masa depanmu. 

Aku mencintaimu. Lewat sajian makan memenuhi meja ini, aku nyatakan pilihanku kepadamu. Bukankah kenikmatan yang kita ciptakan hanya sebatas makan dalam ragam rasa yang tak tersisa. Tidak ada rasa manis yang bisa membunuhku, tidak ada rasa asin yang melumpuhkanku, tidak ada rasa pahit yang menggetirkan kekuasaanmu. Namun, selera tanpa rasa yang kita ciptakan mungkin saja melanggengkan kuasaku padamu. 

Tertawalah di hadapan meja makan ini. Di hadapan kudapan tanpa rasa, kita susun langkah kehidupan untuk anak-anak kita yang musti tertawa dalam kebebasan dan pilihan kekuasaan. Kita lindungi mereka dari ancaman membabi buta kejahatan, kedengkian, kemunafikan, dan keangkuhan rakyat tanpa kuasa. 

Kita lindungi mereka dari ancaman membabi buta kejahatan, kedengkian, kemunafikan, dan keangkuhan rakyat tanpa kuasa.

Tumpahkan kesedihanmu dihadapan makanan-makanan di meja makan. Air mata itu akan terus menetetes dan memenuhi rumah-rumah kedengkian dan kekecewaan tanpa kepedulian mereka sendiri yang menghancurkan kebahagiaan. Kesedihan memuncak menghancurkan kebijaksanaan di hadapanku. Aku akan mendengarnya sebagai cerita kebohongan kaum tak berdaya. Aku dengarkan kesedihamu, lewat ait mata yang memenuhi ruangan ini. 

Dalam kuasamu, 

Pendamlah kemarahanmu. Karena setiap tanda merah terlukis di wajahmu, seolah engkau selalu menciptakan perlawanan tanpa tujuan, selain membenciku, melemparkan diriku dalam lorong kemurkaan yang paling dalam. Aku mencintaimu, ketika kemarahanmu menjadi satu selera, menikmati makan bersama. Aku mencintaimu, ketika angkara murka terhenyak terbang bersama kuasa  kemunafikan. 

Sucikan pikiranmu untuk menguasaiku. Karena ketetapan cinta tak lagi melanggengkan pada kuasa, aku tetap memperlakukanmu sebagai kebusukan yang tetap tersembuyi dalam pikiran. Karena aku mencintamu, segenap tubuh dan jiwaku ternoba begitu kelam sampai kehendak otakku tak mengalirkan darah merah menghidupi tubuhku. Aku luluh karena pikiranku, aku lumpuh karena jiwaku memikirkanmu. Di meja makan ini, aku ingin tetap merasakan engkau sungguh menguasaiku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline