Lihat ke Halaman Asli

Ari Indarto

TERVERIFIKASI

Guru Kolese

Hari Pahlawan: Saat Pekik Merdeka Bergema di Setiap Dada Anak Muda

Diperbarui: 13 November 2023   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dialog dengan Bhante Gani di Vihara Hemadhiro Mattavali (Dok: Panitia Ekskursi Kolese Kanisius)

Merdeka. Pekik merdeka seharusnya terdengar begitu keras, apalagi kenangan wajah kemerdekaan begitu kuat. Hari Pahlawan bukan hanya sebuah teriakan, tetapi mewujud dalam dada setiap anak muda. 

Hari Pahlawan, 10 November. Hari ini, 10 November bukan hanya menjadi sebuah cerita sejarah tentang kehebatan superhero Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan, tetapi menjadi hari penuh perjuangan ketika anak-anak bangsa berjuang sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan. Kemerdekaan yang telah dikumandangkan 17 Agustus 1945 terusik dengan hadirnya angkara murka yang mencoba mencabut kebebasan. 


Saat itu, 10 November 1945 pertempuran di Kota Surabaya tak dapat terhindarkan. Tentara Inggris mencoba mengusik kemerdekaan dan mencoba menguasai seluruh kota. Kemarahan rakyat tak terhindarkan, Jendral Mallaby terbunuh. Kemarahan tentara Inggris memuncak, dan pertempuran kota pun terjadi hampir di seluruh kota. 

Rakyat bersatu dan dengan segala daya harus mempertahankan bangsa. Semangat membara mempertahankan kota telah begitu teguh ditunjukkan rakyat Surabaya. Meski perjuangan itu harus ditebus dengan wafatnya pejuang-pejuang sejati bangsa. Kota Surabaya pada akhirnya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena peran penting pejuang kemerdekaan seperti Bung Tomo, Gubernur Suryo, KH Hasyim Asyari, Abdul Mahab Saleh Mayjen Moestopo dan Mayjen Sungkono. 

Mempertahankan kemerdekaan bukan hanya terjadi di Kota Surabaya. Senjata di tangan dan pekik merdeka yang begitu keras terdengar di seluruh pelosok Nusantara. Kemerdekaan bangsa yang telah diraih selalu saja mengusik penjajah untuk menguasainya. Bukan hanya dalam masa perang, mempertahankan kemerdekaan tidak sekadar mengusir penjajah, tetapi  mempertahankan setiap jengkal tanah tetap menjadi milik bangsa sendiri.

Kemerdekaan bangsa yang telah diraih selalu saja mengusik penjajah untuk menguasainya. BUkan hanya dalam masa perang, mempertahankan kemerdekaan tidak sekadar mengusir penjajah, tetapi  mempertahankan setiap jengkal tanah tetap menjadi milik bangsa sendiri. 

Kemerdekaan Terusik 

Peperangan memang telah usai, tetapi usaha mengusik negeri nan damai, Indonesia,  terkadang masih terjadi. Kemerdekaan yang telah diraih dengan persatuan dan kesatuan seluruh rakyat dicoba untuk dipecah belah dalam beragam perbedaan. Kini, upaya penghancuran itu dilakukan dengan menghancurkan sendi-sendi perbedaan. Padahal, kekuatan dasar bangsa ini adalah sebuah perbedaan yang tetap tertanam dalam jika setiap wakyat. Kita bersatu karena memang berbeda suku, berbeda budaya, berbeda bahasa, berbeda agama dan kepercayaan. Perbedaan itulah yang telah mengantarkan kita pada pintu kemerdekaan. 

Perbedaan dan keberagaman bangsa masih terus diobok-obok . Usaha memecah belah bangsa begitu kuat dilakukan. Perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan pandangan, perbedaan pilihan politik, dan perbedaan sosial  menjadi sasaran empuk untuk dipecah belah. Mayoritas dan minoritas menjadi sebuah arena saling membenci. Mayoritas adalah penguasa, dan minoritas harus tunduk dan patuh. 

Perang melawan ketidakadilan dan pelecehan terhadap hak azasi manusia memang hatus terus dilakukan. Khitah kembali sebagai satu bangsa yang penuh warna harus terus diperjuangkan. Anak-anak muda harus terus dilibatkan dalam setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan persatuan sebagai Bangsa Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline