Lukisan. Wajah seorang laki-laki tampak memerah. Warna hitam, merah dan putih menghiasi wajah setiap laki-laki. Begitu asyik seorang wanita menggerakkan kuas mencoret wajah-wajah beku.
Pagi itu, pukul 04.00 berdetak. Sekumpulan anak laki-laki yang tertidur di atas matlas biru tiba-tiba terbangun. Beberapa orang wanita muda membangunkan sembilan lagi-laki muda yang tampak kelelahan. Pagi itu sebuah persiapan perias-perias muda untuk melukis wajah anak laki-laki yang harus memerankan tokoh raksana dan tokoh kera.
Meski tampak kelelahan, satu persatu laki-laki mulai dirias. Wajah polos tanpa dosa itu sekajap telah berubah menjadi wajah yang begitu menyeramkan, wajah-wajah raksana yang akan berperang melawan wajah-wajah kera. Hari itu, sebuah pertunjukan peperangan akan dimainkan dan setiap laki-laki akan dipenuhi pengalaman, saat pementsan Tari Kecak harus dilakonkan dalam rangka membuka kegiatan Canisius Education Fair 2023.
Seorang anak tak kuasa menahan kantuk. Ia tetap tertidur sementara seorang wanita muda dengan rambut pirang begitu sabar melukis wajah lelaki itu. Coretan warna merah terlihat merata sampai leher, sementara coretan putih terlihat tipis, warna hitam kuat mengokohkan tabiat sang pemeran raksana.
Satu per satu, lukisan di wajah itu pun selesai. Sementara hari masih begitu pagi, beberapa laki-laki tak beranjak, tetap rebahan tak membuka mata. Wanita muda itu tetap melukis wajah laki-laki yang masih begitu bersih.
Ruang kelas yang biasanya untuk belajar, pagi itu dipenuhi dua puluh dua anak yang menyerahkan diri untuk dilukis wajahnya. Lukisan tentang seorang raksana yang dengan gagah percasa mencoba mengalahkan pasukan monyet untuk merebut sang putri kerajaan yang begitu cantik nan memesona. Kisah Sugriwa-Subali akan dilakonkan dalam pertunjukan Tari Kecak.
Lukisan tentang seorang raksana yang dengan gagah percasa mencoba mengalahkan pasukan monyet untuk merebut sang putri kerajaan yang begitu cantik nan memesona.
Biasanya, setiap pagi, kelas itu sudah dipenuhi siswa Kolese Kanisius yang akan belajar rutin di kelas. Dalam dua hari ini, memang kelas itu menjadi tempat untuk menata diri, menguatkan karakter yang harus tampil dalam pementasan kolosan. Pukul 06.00, dua-paluh dua anak dengan berbagai peran itu pun selesai dilukis. Sembilan anak dengan karakter raksana, delapan anak dengan karakter keras, sementara tiga anak dengan karakter Sugriwa, Subali dan Mahesasura.
Menguatkan Karakter